Rabu, 13 Juli 2011

Susah untuk dilupakan

Seorang ayah dan ibu sudah menunggu kedatangan seorang anak di tengah-tengah keluarga mereka. Setiap doa teruntai akan permintaan yang mulia kepada Tuhan. Waktu demi waktu terus berjalan. Tetapi anak yang mereka harapkan belum datang juga. Apakah mereka berputus asa? tidak mereka terus berharap bahwa janji Tuhan akan terwujud. Setelah bertahun-tahun janji Tuhan nyata adanya, mereka diberkati dengan lahirnya seorang anak laki-laki di tengah-tengah mereka.
Tahun berganti tahun setelah anak mereka besar muncul ketakutan bahwa si anak memiliki cacat pada otak sehingga memiliki kekurangan di dalam berpikir dan bermain bersama dengan anak-anak yang lain. Tetapi keluarga tersebut tetap bersyukur akan anak mereka. Mereka tetap dengan tulus memberikan perhatian dan kasih yang baik untuk anak mereka.
Ketika si anak telah menginjak usia 7 tahun, dia melihat teladan orang tuanya yang setiap pagi bangun cepat untuk menyediakan hidangan bagi keluarga mereka. Dia ingin berbuat sesuatu untuk menunjukkan cintanya kepada orang tuanya. Dia menggoreng telur dengan minyak makan yang sangat banyak. Dan hasilnya adalah telur yang gosong yang mirip dengan tepung gosong. Dia membangunkan kedua orang tuanya yang masih tidur pulas, dan memberikan makanan tersebut kepada orang tuanya. Si ibu dan ayahnya bangun mencicipi makanan yang dibuat anaknya dengan tidak merasa miris. Mereka dengan tulus memakan masakan anak mereka dan mengatakan makanan yang mereka makan adalah makanan terlezat yang mereka makan. Dengan lahap mereka makan makanan yang dibuat anak mereka. Setelah mereka selesai memakan makanan yang dibuatkan anak mereka, mereka memeluk si anak dengan erat, tanpa henti mereka mengucap syukur kepada Tuhan.
Hidup adalah memberi dan melayani. Kekuatan terbesar adaslah ketulusan dan kasih...... 



Senin, 11 Juli 2011

Sedang mencari

Seorang anak berjalan dengan lungli. Mencari sesuatu yang dia juga tudak tahu apa yang dia cari. tetapi wajahnya terlihat seperti penuh harapan untuk menemukan apa yang dia cari. Seorang bapak berjalan juga dengan lunglai mencari uang dengan melakukan pekerjaan sementara badannya telah rapuh dan kurus. Seorang ibu menggendong anaknya yang masih kecil juga berjalan dengan lunglai berharap anaknya akan tumbuh dewasa dan kelak akan menjadi anak yang bisa berbuat untuknya sendiri dan berdampak bagi orang lain.
Hidup ini adil adanya, tapi juga merupakan pilihan. pilihan adalah hal yang paling sulit untuk dilakukan. pilihan memiliki pergumulan tersendiri. Hal ini yang membuat seseorang sukses atau berada dalam lingkaran kemiskinan.
Tapi jika dilihat dalam lingkungan kebangsaan Indonesia raya, kamiskinan bisa disebabkan oleh salahnya sisitem yang berlaku di Indonesia. Banyak melibatkan orang besar yang memiliki pemikiran cerdas tetapi hanya melihat pada kehidupan yang mereka lihat secara nyata di hadapan mereka. Kehidupan yang ada disekitar mereka kadang terabaikan, seperti kemiskinan dan penyakit.











Kemiskinan telah menjadi kanker di dalam kehidupan berbangsa. Apakah kemiskinan bisa diatasi? Pengentasan kemiskinan memerlukan waktu yang lama. Hanya bagaimana masyarakat sadar akan bahaya kemiskinan. Dilain pihak ada pihak yang bertanggung jawab akan terjadinya kemiskinan di Indonesia. Pemeliharaan dan pembiaran kemiskinan adalaha salah satu aib bagu bangsa Indonesia saat ini.
Kesadaran dari masyarakat akan bahaya kamiskinan tidak akan terlaksana dengan baik apabila pihak tertentu tidak menyikapi hal ini dengan serius.



Rabu, 15 Juni 2011

Nilai sebuah kejujuran

Kejujuran dengan mudah kalah oleh pembodohan. Perjuangan untuk menunjukkan kejujuran bagaikan belajar berjalan di atas air, yang hal ini sangat mustahil untuk dilakukan. Banyak manusia telah mulai menunjukkan kejenuhan terhadap perjuangan kejujuran. Baik dalam segi kehidupan di masyarakat maupun di tingkatan pemerintahan. Banyak kasus membuktikan kejadian ini, salah satu contoh kasus adalah tindakan para aparat dewan dengan mudahnya memperhalus kata untuk menghilangkan jejek pembodohan terhadap publik. Selain itu juga baru-baru ini terjadi kasus yang menghebokan bahwa nilai sebuah kejujuran di nista di masyarakat yaitu perjuangan sorang murid kelas 6 SD Alifah yang menjadi amukan massa dan sekolah dengan alasan memperjelek nama sekolah padahal tindakan yang dilakukan Alifah adalah tindakan murni mengungkapkan keburukan kegiatan UASBN di sekolahnya yaitu tindakan contek massal. Apakah tindakan Alifah baik atau malah tindakan sekolah yang baik?
Saya sebagai penikmat televisi merasa bingung melihat berita yang menyatakan tindakan sekolah mengatakan bahwa tindakan Alifah adalah tindakan mencemarkan nama baik sekolah. Jelas-jelas tindakan ini adalah melemparkan kesalahan kepada Alifah yang seharusnya tidak dia tanggung. Malahan keluarga Alifah juga mendapat tindakan yang tidak selayaknya mereka terima yaitu diasingkan dari tempat tinggal mereka.
Ini adalah salah satu contoh kasus nilai sebuah kejujuran telah mulai pudar di mata masyarakat. Apakah kejujuran saat ini tidak dibutuhkan lagi di mata masyarakat?
Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial dengan sesamanya. Setiap manusia pasti mengharapkan yang ditinggalkan ketika bergaul dengan sesamanya adalah tindakan yang positif dan bisa membangun. Dengan begitu akan terjalin hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan kedua belah pihak. Tidak akan ada manusia yang mengharapkan nilai negatif yang dia dapat ketika bersosialisai dengan sesamanya.
Dalam membangun suatu hubungan dibutuhkan keterbukaan antara kedua belah pihak dalam mencapai sebuah kesepakatan. Apabila salah satu pihak merasa dirugikan maka kesepakatan tidak akan terjalin dengan baik, bahkan berakhir dengan kekecewaan.
Melihat kasus yang terjadi di atas, salah satu pihak merasa tindakan yang dilakukan adalah penistaan terhadap sekolah. Sementara pihak yang lain merasa bahwa kebenaran adalah yang utama. Sehingga terjadi bentrok antara kedua belah pihak. Yang satu berusaha mempertahankan kejujuran yang ada dalam dirinya sementara yang satu berjuang menutupi kejujuran. Ternyata dalam hal ini kuasa berada pada pihak yang mengugat sehingga pihak pelapor mendapat tekanan mental yang berat.
Seharusnya sekolahlah yang menannamkan kejujuran. Kita tahu bersama bahwa sekolah adalah tempat untuk mencerdaskan dan tempat menempa kepribadian setiap siswa yang belajar. Apakah ini menunjukkan nilai-nilai kepribadian dalam sekolah tersebut telah mulai pudar atau nilai kejujuran bisa ditutupi dengan kesuksesan sekolah menelurkan prestasi yang bagus tetapi memiliki pondasi dari pasir.
Baiknya sekolah adalah tempat yang menanamkan kejujuran sehingga kecerdasan dan kepribadian setiap siswa bisa dipersiapkan untuk masuk ke tengah-tengah masyarakat sehingga bisa membangun masyarakat yang mencerminkan kepribadian yang kuat.

Selasa, 14 Juni 2011

Karakter cinta

Masa-masa remaja adalah perasaan yang timbul bunga-bunga indah di dalam hati ketika dia melihat lawan jenisnya dengan perasaan kagum dan ingin sekali dekat dengan lawan jenis yang dilihat adalah kenyataan yang tidak dapat dipisahkan dari perasaan seseorang yang ingin mengenal cinta. Seringkali kita mendengar bahwa masa pertumbuhan remaja adalah masa mengenal cinta walaupun kadang-kadang dikatakan dengan cinta monyet. Cinta yang dinyatakan dengan sendirinya akan timbul dan tenggelamnya seiring akan kekaguman terhadap sesorang.
Pernahkan anda memiliki perasaan yang aneh dalam hati ketika melihat lawan jenis anda berjalan dan berbicara? Banyak orang akan menyangkali pertanyaan ini, tetapi jika disurvei dengan baik, hampir semua orang mengatakan bahwa mereka pernah memeliki perasaan tersebut. Ini membuktikan bahwa semua manusia diberikan anugrah untuk memiliki cinta dari Tuhan. Hal ini patut kita syukuri.
Ketika cinta datang, debar-debar jantung akan sangat terasa dan menyiksa batin sehingga sulit untuk menolaknya. Semua hal yang ingin menghalangi perasaan ini sebaiknya dihilangkan dari dunia ini. Kata-kata demikian sering muncul dalam pembicaraan sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta apabila cinta yang telah mereka jalin memiliki hambatan yang berarti dalam perjalanan cinta, baik dari lingkungan, budaya, maupun dari keluarga.
Ketika kita melihat lebih dalam lagi kaitan antara cinta dengan hubungan kekrabatan antara pria dan wanita, kita akan lebih mengenal sebenarnya makna cinta itu apa. Cinta bukan hanya ketertarikan akan lawan jenis, kaitan antara perasaan yang satu dengan yang lain. Cinta memiliki arti yang lebih dalam. Saya juga sebanarnya sangat sulit untuk menjabarkan makna cinta yang sesungguhnya. Tetapi dari pengalaman hidup saya bisa memiliki satu arti cinta yang sebenarnya belum matang.
Menurut saya cinta adalah bagian dari hidup yang terus dicari oleh setiap insan manusia untuk menyempurnakan hidup mereka.
Jadi bisa dikatakan cinta adalah pertemuan antara perasaan yang mengikat dan kekuatan logika yang apabila dibenturkan akan menyebabkan kesakitan yang dalam bagi yang mengalaminya. Dalam perpaduan antara kuatnya perasaan dan kerasnya logika sehingga menyebabkan timbulnya sebuah kelembutan yang menghiasi setiap detik pertemuan, sehingga akan menciptakan sebuah karakter yang indah dalam mengarungi sebuah kehidupan.

Kamis, 09 Juni 2011

Sebuah pemikiran

Oh…PSSI…PSSI…..
Bertubi-tubi demontrasi yang datang ke tubuh PSSI. Banyak alasan yang menguatkan para pendemo untuk melancarkan aksi mereka. Berbagai cara telah mereka lakukan baik cara berdamai dengan mendatangi langsung kantor-kantor PSSI baik di Jakarta maupun di daerah-daerah. Aksi yang dilakukan juga telah menjurus ke arah imoralitas dengan menyebut pak Nurdin dengan kata monyet maupun dengan melekatkan foto pak nurdin di bola kaki sehingga di tendang oleh anak-anak sambil memainkan bola tersebut dalam sebuah pertandingan. Baru saja say lihat juga aksi yang tidak kalah hebat yaitu menempel wajah pak Nurdin di sebuah bola dan dikencingi oleh seorang yang saya pasti tidak kenal.
Pembelaan yang dilakukan oleh Pak Nurdin hanya mengatakan bahwa para pendemo tidak mengetahui apa yang mereka lakukan dan mereka salah telah mendemo Pak Nurdin, alasan pak Nurdin adalah bukan dia seharusnya yang didemo tapi ada pihak lain. Dalam hal iniPak Nurdin melakukan pembelaan diri dan melemparkan masalah kepada pihak lain yang sampai saat ini belum di sebutkan. Tapi menurut saya pihak yang dimaksud adalah lawan politiknya di PSSI sendiri yang juga mencalonkan diri menjadi salah seorang calon ketua PSSI. Dia juga bergeming bahwa pihak pendemo ada yang menunggangi dan mereka juga di bayar untuk demo.
Muncul juga para pendemo yang pro-Nurdin di Jakarta dan beberapa kota lainnya. Selidik punya selidik, ternyata para pendemo adalah orang-orang yang dibayar sebanyak Rop 25.000 ditambah dengan makan siang. Intrik ini bisa memecah belah rakyat walaupun dalam koridor yang kecil. Saya mulai bertanya apakah cara seperti ini sudah biasa untuk mempertahankan kedudukan dan mendapatkan dukungan dari rakyat?
Jika melihat ke belakang banyak terjadi kasus yang tidak bisa diterima dengan baik olah masyarakat tentang PSSI. Pertama dalam statuta FIFA, pemimpin organisasi sepakbola di suatu negara tidak boleh terlibat dalam narkotika dan korupsi, dalam hal ini pak Nurdin terlibat. Dalam hal ini statuta FIFA bisa dirubah oleh PSSI sendiri. Kedua Rakyat telah jenuh menunggu prestasi dari timnas yang tak kunjung datang dalam kepengurusan Pak Nurdin dan teman-teman. Ketiga: Baru-baru ini terjadi penggagalan Pak Arifin Panigoro dan George Tuistuta menjadi bakal calon ketua dan wakil ketua PSSI. Walaupun tim banding PSSI telah mengeluarkan keputusan yang membuat rakyat makin jenggel tehadap PSSI yaitu menyerahkan kembali kasus tersebut kepada tim Eksekutif PSSI yang menurut saya adalah teman-teman Pak Nurdin juga.
PSSI telah menjadi pembicaraan publik baik di tingkat golongan atas sampai kepada golongan bawah yang biasa kita sebut pembicaraan di warung-warung kopi. Jika di rating PSSI menjadi topik yang utama pembicaraan publik mengalahkan kasus-kasus lain.
Apakah orang-orang yang terlibat di PSSI sekarang ini adalah orang-orang yang nyaman dengan kedudukan mereka di PSSI sehingga tidak mau turun dan menyerahkan tumpuk kekuasaan atau kursi mereka kepada pihak lain? PSSI punya rakyat Indonesia bukan punya segelintir orang.









Bingung judulnya apa?????

Jam telah menunjukkan pukul 15.00. Aku bergegas dari tempat tidurku dan bersiap-siap untuk mengikuti pertemuan pengurus organisasi kampus di jalan terompet no.29. Aku membersihkan badanku setelah itu bergegas pergi dengan mententeng tas sembari meninggalkan kosan.
Aku menyusuri jalan yang tidak asing bagiku dengan berjalan kaki. Dalam perjalanan aku tidak menghiraukan orang-orang yang kulewati, mungkin orang berpikir aku sombong atau ada masalah karena aku serius berjalan. Padahal sembari berjalan aku melamunkan sesuatu tentang tugas akhirku di kampus yang telah lama tidak aku sentuh-sentuh. Sesampai di persimpangan jalan terompet dan berdikari, lamunanku berhenti ketika aku melihat lapangan bola kaki yang ada di depan gereja GKPS, aku perhatikan dengan seksama lapangan tersebut, aku berpikir kapan lagi aku akan bermain bola di lapangan ini bersama dengan teman-temanku di KDAS.
Aku melanjutkan perjalananku ke Terompet 29. Sesampainya di terompet 29 aku melihat banyak orang yang sedang duduk-duduk, ada yang ketawa bahkan ada yang sangat serius membahas sesuatu hal yang menurutku berhubungan dengan kegiatan yang akan mereka lakukan di kampus atau di jalan Berdikari 35 dan Terompet 29. Setelah tiba di pintu depan aku melepaskan sandal dan meletakkanya di tempatnya. Aku berjalan menuju ruang Musa melalui jalur samping. Aku berpikir sejenak mungkin aku adalah orang yang pertama tiba dibandingkan dengan teman-temanku yang lain. Eh... ternyata aku salah ternyata ada yang telah mendahuluiku yaitu Friska Br Sihombing (hehehehe) dia menyapaku dan aku menyapanya balik sembari memulai pembicaraan. Aku takjub melihat apa yang telah dia lakukan. Dia telah mempersiapkan tempat untuk pertemuan sedemikian rupa. Tikar telah dikembangkan dan papan tulis telah tersedia.
Pembicaraan dimulai antara aku dengan dia, samar-samar aku mendengar suaranya karena dia berbicara sambil menulis lagu di papan tulis. Aku mengatakan bahwa suaranya tidak kedengaran tetapi dengan nada tidak enak di dengar. Dia marah (heheheh maaf ya Ka) dengan suara yang keras. Untungnya hanya kami berdua yang berada di ruangan tersebut. Seketika itu juga kami diam sejenak dan merenungkan apa yang telah kami katakan yang tidak seharusnya kami katakan (). Friska akhirnya memecah keheningan dengan meminta maaf kepadaku ( hehehehe leganya aku saat itu  ). Setelah peristiwa itu , aku tetap diam di tempatku sembari menunggu teman-teman untuk datang. Akhirnya teman-temanku pengurus yang berjumlah 11 orang semua kumpul ditambah dengan aku sehingga kami semua 12 orang (Leo, Friska Br Sinaga, Timbul, Era, Taruli, Leli, Lita, Fera, Grace, Refi, Friska Br Sihombing, Hotlas).
Setelah berklumpul semua kami memulai pertemuan dan membicarakan hal-hal yang akan kami kerjakan di kampus. (to be continue .......)



















2 Hari (yang) Berat

Kejadian ini terjadi hampir 5 tahun yang lalu, ketika aku sedang disibukkan dengan penyelesaian perkuliahanku di jurusan Ilmu Sejarah USU. Tetapi bukan penyelesaian perkuliahan yang membuat pikiranku berat dan perasaan yang datang kepadaku sulit untuk kuungkapkan. Sangat sulit bagiku untuk mendefenisikannya. Dengan pikiran yang rumit aku menyusun bajuku untuk pulang ke Kabanjahe.
Dengan pikiran yang berat aku pulang. Aku berharap dalam waktu 2 hari aku menemukan jawaban yang aku cari. Aku pulang pada sore hari dan tiba di Kabanjahe pada malam hari.
Hari pertama kulalui dengan bergumul tentang diri sendiri . Aku berusaha untuk menenangkan diri. Dengan beberapa kali usaha aku berhasil. Pikiran tersebut datang lagi. Aku belakangan menjadi heran dengan pikiranku sendiri. Belakangan aku cuekin pikiranku sendiri dengan pergi ke warung kopi untuk menikmati segelas teh manis sembari menikmati suguhan film dari HBO. Tak terasa waktu berjalan dengan cepat, aku bergegas pulang. Setelah makan malam aku istirahat, tetapi pikiranku masih tetap menemaniku. Kegelisahan menemaniku selama beberapa waktu sembari aku memejamkan mata. Akhirnya aku bisa tidur dengan pulas karena cuaca yang dingin membatuku untuk tidur dengan nyenyak.
Hari kedua adalah hari final bagiku untuk mengambil keputusan. Setelah bangun pagi aku masih tetap gelisah. Cuaca yang dingin sedikit membantuku untuk tenang sembari diselimuti sebuah selimut. Setelah bosan dengan bergolek-golek, aku bangun dan mencuci mataku. Setelah jam menunjukkan jam 9.30 aku bersiap-siap untuk mempersiapkan diriku pergi ke Medan. Jam 10 pagi aku pergi ke Medan, sembari membawa kegelisahan tentang keputusan yang masih belum aku dapatkan. Aku berharap ketenangan datang kepadaku dalam perjalanan menuju Medan. Akhirnya ketenangan tersebut datang juga dan aku dapat berpikir dengan jernih.
Setelah tiba di Medan aku hampir menemukan jawabannya. Perutku terasa lapar karena dari pagi hari aku belum sarapan. Aku makan siang dengan perasaan yang tenang setelah aku menemukan jawaban yang aku cari.
Jam 14.00 aku mengikuti acara di jalan terompet no. 29. Kak Melda bertanya kepadaku ”apa jawabanmu dek?”. Aku menjawab nanti aku berikan jawabannya setelah acara pelepasan pengurus lama selesai. Setelah acara pelepasan pengurus lama selesai dimana aku termasuk juga di dalamnya. Aku dan Kak Melda pergi keluar untuk memberi jawaban yang sejak 2 hari yang lau dia tanyakan kepadaku. Dan pertanyaan ini yang membuat kegelisahan dalam diriku sangat sulit untuk aku kendalikan.
Dengan mulut yang terbata-bata dan siap mempertanggungjawabkan segala sesuatu dengan segala resiko yang akan aku jalani ke depan aku menjawab ”YA”. Mataku berkaca-kaca dan aku merasakan damai sejahtera. Setelah selesai kami kembali ke dalam ruangan. Acara pengutusan dimulai dan sebelas nama-nama dipanggil satu persatu (Timbul, Friska Br Sihombing, Era, Hotlas, Leli, Taruli, Friska Br Sinaga, Lita, Fera, Refi, dan Grace Mafe) mendahuluiku. Setelah namaku dipanggil kami berdiri di depan 12 orang untuk mengemban tanggung jawab sebagai koordinasi FS masa jabatan 2006/2007.
Kata yang masih kuingat sampai saat ini dan pada saat itu selalu aku dengar yaitu ”SELAMAT MELAYANI”.












Indonesia_Malaysia

“Kalau kita lapar itu biasa, kalau kita malu itu juga biasa. Namun, kalau kita lapar dan malu itu karena Malaysia, kurang ajar! Kerahkan pasukan ke Kalimantan, hajar cecunguk Malaya itu! Pukul dan sikat. Jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak Malaysian keparat itu”
“Doakan aku, aku akan berangkat ke medan juang sebagai patriot bangsa, sebagai martir bangsa, dan sebagai peluru bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya”.
“Serukan, serukan ke seluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan kita. Kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat”.
“Yoo…., ayooo…. Kita ganyang. Ganyang Malaysia! Ganyang Malaysia! Bulatkan tekad. Semangat kita baja. Peluru kita banyak. Nyawa kita banyak. Bila perlu satoe-satoe”. (Kompas, 8 September 2010).
Kutipan pidato murka Bung Karno di atas menyulut kemarahan bangsa Indonesia terhadap Negara tetangga Malaysia. Hal ini terjadi karena pada tanggal 17 Desember 1963, terjadi gerakan anti Indonesia di negara Jiran Malaysia. Hal ini dibuktikan dari tindakan anarkis para demonstran Malaysia yang menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno, membawa lambang Garuda Pancasila ke hadapan perdana Menteri Malaysia (Tuanku Abdul Rahman) dan memaksanya menginjak lambang garuda tersebut.
Hal yang dilakukan Malaysia saat ini terjadi di Indonesia, tapi cara yang dilakukan oleh para demonstran adalah dengan melakukan berbagai demonstrasi di berbagai daerah, di depan kedubes Malaysia di Jakarta, tindakan anarkis membakar duplikat bendera Malaysia, sampai tindakan pelemparan tinja manusia di kedubes Malaysia di Jakarta. Haruskah Malaysia marah?

Pemicu
Pada tanggal 13 Agustus 2010, 3 polisi perikanan dan kelautan Republik Indonesia menangkap 9 nelayan Malaysia yang melakukan penangkapan ikan di wilayah perairan Indonesia. Polisi Indonesia menggiring nelayan Malaysia untuk menepi di perairan Bintan, Kepulauan Riau. Di tengah jalan, pihak polisi diraja Malaysia menghentikan kapal patroli Indonesia dan digiring untuk di bawa ke Malaysia.
Para polisi Indonesia diperlakukan layaknya tahanan. Mereka diborgol dan diwajibkan mangenakan pakaian tahanan. Menurut hemat penulis, tindakan yang dilakukan Malaysia adalah kejahatan karena pihak Indonesia tidak melakukan tindakan melanggar hukum.
Perundingan dilakukan dengan tujuan penyelesaian masalah secara damai. Pihak Indonesia yang diwakilkan oleh menteri luar negeri melakukan barter antara polisi Indonesia dengan pencuri ikan berserta hasil tangkapan mereka. Ada kecurigaan mendasar dari berbagai pihak di Indonesia, bahwa 3 polisi Indonesia yang ditangkap mengalami kekerasan semasa menjalani tahanan di Malaysia. Salah satu polisi di Indonesia mengenakan topi yang biasanya dia tidak pernah mengenakan topi. Para wartawan meminta agar dia melepas topi seketika untuk diabadikan wajahnya, tapi ditolak. Muncul pertanyaan mengapa?
Masalah tidak hanya sampai pada barter tahanan yang memunculkan banyak polemik di Indonesia. Perundingan dilanjutkan dengan membicarakan kejelasan batas wilayah perairan sehingga menghasilkan perundingan Kinabalu. Tetapi hasil dari perundingan Kinabalu sangat merugikan bangsa Indonesia. Salah satu contoh sebelum perundingan Kinabalu adalah munculnya statemen bahwa apabila polisi Indonesia ditangkap tidak akan diborgol, yang ditujukan hanya kepada bangsa Indonesia. Apakah ini suatu kebanggaan?

Napak Tilas
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah. Itu adalah kata Bung Karno (JAS MERAH= jangan sekali sekali melupakan sejarah). Dari kalimat ini tercermin bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang patut diperhitungkan dipercaturan dunia internasional. Bukan karna wilayah Indonesia yang luas dan jumlah penduduk yang terbanyak ke 5 di dunia. Tetapi karena mental persatuan dan kesatuan bangsa yang kuat.
Sejak dikeluarkannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, persatuan dan kesatuan bangsa yang awalnya bersifat kedaerahan berubah secara drastis menjadi satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa yang memperkokoh persatuan dan kesatuan. Walaupun di awal perjuangannya, persatuan dan kesatuan sepertinya sulit diwujudkan, tetapi dengan semangat merebut kemerdekaan semua halangan dan rintangan dapat dilewati dan dihancurkan.
Sejak Indonesia merdeka, Belanda berencana ingin menguasai kembali Indonesia dengan cara menduduki kota-kota besar selain Jakarta yaitu Medan, Surabaya, Semarang, dan Bandung dengan dibantu oleh tentara sekutu. Rencana Belanda gagal total karena telah terjalin persatuan di Indonesia. Apabila satu daerah diserang, daerah lain juga diserang. Inilah senjata pemicu moral dan mental perjuangan bangsa untuk mempertahankan NKRI.
Setelah kejadian tersebut, negara Indonesia dikenal sebagai negara yang besar dan terkuat di Asia Tenggara. Hal ini dibuktikan oleh kekuatan melitir terkuat di Asia tenggara. Selain itu juga terpilihnya Indonesia menjadi negara Asia pertama yang menyelenggarakan KTT Asia Afrika di Bandung, dan juga sebagai penggagas gerakan Non Blok, serta banyak negara-negara menjadikan bangsa Indonesia sebagai juru runding damai.
Sejak terjadi kemelut di dalam negeri yaitu peristiwa G 30 S PKI, ekonomi yang kacau balau, dan politik yang tidak stabil. Bangsa Indonesia memilih untuk menyelesaikan masalah dalam negeri terlebih dahulu sehingga untuk masalah-masalah politik luar negeri ditinggalkan untuk memperbaiki kondisi dalam negeri.
Saat ini bangsa sedang diganggu kenyamanannya oleh negara tetangga Malaysia. Rakyat marah, tuntutan ketegasan sikap dari pemerintah muncul di berbagai tempat. Bahkan hal yang paling menarik adalah tuntutan untuk malakukan konfrontasi dengan Malaysia muncul seketika.
Sulit untuk memilih pilihan yang bijak dalam hal ini karena banyak penduduk Indonesia yang mencari peruntungan di Negara Malaysia sebagai TKI. Bahkan keuntungan Indonesia dari TKI adalah mencapai 56 triliun rupiah, sehingga dikatak TKI sebagai pahlawan devisa. Jumlah TKI sampai saat ini yang berada di negara Malaysia adalah 2 juta jiwa. Apabila terjadi konfrontasi dengan Malaysia maka bagaimana dengan hidup 2 juta penduduk Indonesia di Malaysia? Hal ini diperparah lagi dengan adanya jumlah penganggur sebanyak 10% dari jumlah penduduk Indonesia yaitu 25 juta jiwa. Apabila 2 juta penduduk Indonesia pulang dari Malaysia akan memperbanyak pengangguran di Indonesia.
Sampai saat ini tuntutan terhadap pemerintah tentang penyediaan lapangan kerja masih sangat deras.
Apakah kejadian 47 tahun yang lalu akan terulang? Bangsa yang besar dan kuat tidak akan gampang terprovokasi untuk menyelesaikan masalah dengan jalan perang. Tetapi diperlukan kebijakan khusus dari petinggi negeri, bukan berarti tuntutan penuh terhadap pemerintah tetapi kita sebagai rakyat juga sebaiknya bijak menyikapi hal yang terjadi khususnya masalah Indonesia –Malaysia.













Rasialisme: Sengaja atau terulang kembali

Baru-baru ini seluruh masyarakat Indonesia digegerkan oleh peristiwa penusukan sintua HKBP Bekasi dan pemukulan pendeta HKBP Bekasi oleh orang tidak dikenal ketika hendak melakukan ibadah. Sontak banyak kalangan mengutuk tindakan tidak manusiawi tersebut. Banyak kalangan mempertanyakan mengapa rakyat yang ingin melakukan ibadah keagamaan tidak diberikan kebebasan, jika dilihat dari peristiwa yang mengawali penusukan tersebut. Tidaklah mengherankan jika sampai saat ini masyarakat belum melihat perubahan yang berarti dari sikap pemerintah terhadap masalah-masalah diskriminasi rasial.
Peristiwa mengherankan lainnya adalah tindakan kepolisian yang secara cepat menyatakan kejadian penusukan adalah tindakan kriminal murni. Kita bisa mempertanyakan tindakan kepolisian yang menyatakan hal tersebut tanpa melalui reka ulang peristiwa dan keterangan para saksi. Wajarlah jika pihak HKBP mempertanyakan kesimpulan yang dinyatakan oleh pihak kepolisian.
Sebelum kejadian pihak kepolisian jauh hari sebelum kejadian telah melayangkan peringatan agar jemaat HKBP tidak melakukan ibadah di hari minggu tersebut. Dari sini tercium bahwa pihak kepolisian telah mengetahui akan terjadi tindakan kriminalitas. Mengapa hal ini sempet terjadi?

Rasialisme di Indonesia
Ingatan kita masih segar ketika mengingat kejadian kerusuhan rasial yang terjadi di daerah Maluku, yang dimulai pada bulan Januari 1999 mulanya terjadi di Mabon dan meluas ke dareh-daerah Maluku bagian utara. Pemicu dari konflik rasial yang lebih jelas dinyatakan dengan konflik keagamaan, hingga saat ini belum dapat ditemukan secara pasti penyebabnya. Nuansa konflik agama sering menyulitkan berbagai kalangan untuk menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan.
Selain itu ada kerusuhan yang diakibatkan oleh tindakan kriminal yaitu kerusuhan Anti-Tionghoa di Pekalongan pada tahun 2000. Kerusuhan ini terjadi ketika seorang warga yang mabuk dan melakukan pemalakan terhadap seorang keturunan Tionghoa. Kemudian terjadi perkelahian yang mengakibatkan warga yang melakukan pemalakan meninggal dunia. Hal ini menimbulkan kemarahan warga sekitar terhadap setiap warga keturunan Tionghoa tanpa terkecuali. Di tambah lagi bahwa sebelumnya telah beredar isu ketidak senangan warga dengan keberadaan warga Tionghoa di tempat mereka.
Hal lain adalah kerusuhan rasial di Mataram pada tahun 2000, yang terlihat jelas bahwa kejadian direkayasa. Hal ini terlihat dari adanya sekumpulan masyarakat mengadakan rapat akbar yang diisi dengan kata-kata yang membakar. Menurut polda NTB kerusuhan Mataram mengakibatkan 12 gereja rusak berat, sementara 1.300 warga meninggalkan rumah-rumah mereka untuk mengungsi (Kompas, 20 Januari 2000).

Insiden HKBP
Konflik yang menjurus menuju rasial saat ini terjadi lagi yaitu di Bekasi. Hingga kini masih ditangani oleh pihak kepolisian. Pandangan telah keluar dari berbagai pihak seperti tokoh agama, pemimpin keagamaan, hingga presiden telah mengeluarkan pernyataannya melului jumpa pers dengan wartawan.
Ditinjau dari kasus-kasus SARA sebelumnya yang terjadi di berbagai tempat di Indonesia, semuanya diawali oleh tindakan kriminalitas. Bahkan ada yang diakibatkan oleh ulah provokator yang menginginkan kondisi rusuh di Indonesia. Hal-hal seperti ini tidak harus terjadi jika pihak yang terkait seperti warga yang terlibat tidak gampang terpancing emosinya serta pihak yang terkait tanggap melihat persoalan yang terjadi.
Kembali kepada masalah SARA di Bekasi, terlihat bahwa polisi terlalu dini menyatakan bahwa kejadian penusukan terhadap jemaat HKBP adalah kriminal murni. Apakah hal ini dilakukan oleh pihak kepolisian untuk meredam situasi agar tidak terlalu meresahkan masyarakat?
Polisi sejauh ini juga telah menahan 10 orang yeng terlibat. Hal ini patut diapresiasi. Tetapi permasahan tidak hanya sampai disitu. Akar dari semua permasalahan harus diusut tuntas dan solusi harus segera dicari untuk penyelesaian masalah, dengan syarat pihak-pihak yang terkait menerima solusi yang ditawarkan.
Selain itu penulis juga bertanya, apakah tindakan yang dilakukan para penusuk merupakan sumbu dinamit yang telah nyala yang akan menyebar ke induknya untuk meledak?
Tindakan pencegahan harusnya dilakukan dengan cepat, agar kasus yang terjadi cepat selesai dan tidak menyebar lebih luas. Atau kejadian ini merupakan satu gelas air keruh yang akan dimasukkan ke dalam 1 ember air bersih sehingga apabila dicampurkan air yang di ember juga akan menjadi keruh. Sebaiknya kasus ini cepat selesai dan kebebasan beragama dapat terjalin dengan baik. Mari kita dukung pihak yang terlibat dalam penyelesaian masalah dapat mengatasinya dengan baik.














































Dunia Anak (Animasi dan Dunia Maya)

Kehidupan anak-anak tidak akan pernah dipisahkan dari bermain. Tanpa bermain sulit dikatakan bahwa mereka adalah anak-anak. Permainan dan hiburan adalah contoh sarana bagi anak untuk menjalani hari-hari mereka. Banyak cara yang bisa dilakukan oleh si anak untuk menghibur diri mereka dari menciptakan mainan sendiri sampai berimajinasi dengan berbagai permainan yang ada di depan mereka.
Imajinasi anak memang mengundang banyak tanda tanya bagi orang dewasa yang berada di sekitarnya. Salah satu contoh adalah ketika seorang anak kelas 2 SD bertanya kepada orang dewasa mengapa mobil tidak bisa terbang seperti pesawat yang bisa terbang tinggi di udara padahal sama-sama menggunakan mesin? Ini salah satu contoh pertanyaan yang membuat orang dewesa tersebut berpikir berulang kali untuk memberikan penjelasan yang masuk akal. Di satu sisi dia bertanya karena melihat alam dan sekelilingnya yang penuh dengan tanda tanya dan bersentuhan langsung dengan apa yang dia tanyakan.
Seiring dengan perkembangan teknologi, permainan dan hiburan yang anak peroleh tidak lagi bersentuhan langsung dengan objek. Hal ini bisa dilihat dari hiburan yang diperoleh anak adalah dari media televisi yang membius anak sampai beberapa jam berada di depan televisi. Kasus lain adalah anak sering menghabiskan waktu bermainnya di depan komputer sambil memainkan game.

Animasi
Media televisi adalah media yang sangat digemari oleh semua kalangan. Televisi saat ini telah menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia. Televisi memberikan banyak dampak bagi kehidupan manusia baik dari segi informasi sampai hiburan. Orang dewasa, remaja, bahkan sampai anak-anak terkena dampak dari hidangan yang diberikan televisi.
Anak-anak merupakan salah satu objek televisi untuk mendapatkan rating yang bagus. Hidangan yang diberikan adalah film yang sesuai dengan kebutuhan si anak akan hiburan yaitu film animasi. Banyak film animasi yang menghiasi media saat ini. Anak-anak jika ditanya tentang film animasi kesukaan mereka akan menjelaskan secara mendetail tentang jagoan mereka dan kronologis tentang kejadian dalam film tanpa menghilangkan sedikitpun bagian dari cerita.
Orang tua saat ini banyak yang memberikan kebebasan kepada si anak untuk menonton televisi tanpa pendampingan. Apabila ada yang janggal dari si anak tentang apa yang dilihat pada film pasti dia akan bertanya. Kondisi ini membuat si anak menyimpan pertanyaan dan memedamnya sehingga rasa ingin tahunya tidak dipuaskan. Bersyukur jika si anak adalah anak yang memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga akan bertanya kepada orang luar yang seharusnya bisa dia tanyakan di dalam keluarga.
Film-film animasi juga membuat si anak terhipnotis agar menonton setiap episode yang membuat si anak memilih antara belajar dan menikmati tontonan. Sering pilihan yang dibuat si anak adalah meninggalkan belajar dan memilih untuk menonton televisi. Kondisi ini sangat menggangu untuk pertumbuhan si anak di dalam menentukan pilihan yang baik dan pilihan yang buruk untuk dirinya dan masa depannya.

Dunia Maya
Internet (dunia maya) juga merupakan media yang telah menjadi menu utama bermain bagi anak. Internet menyediakan banyak hal untuk anak-anak terutama media sosial seperti fecebook dan twitter. Selain sebagai media sosial anak-anak sering menggunakan internet sebagai media hiburan seperti bermain game online.
Banyak orang tua mengeluhkan sikap si anak yang sering pulang telat dengan alasan yang beragam padahal tindakan yang dilakukan adalah bermain game di warung internet. Banyak cara yang dilakukan orang tua untuk membatasi kecanduan anak akan gema online seperti memberi les tambahan sepulang sekolah, les mengaji, dan mengikuti kegiatan ekstra kurikuler di sekolah. Tetapi hal yang dilakukan orang tua jarang berhasil menjauhkan anak-anak dari game online. Untuk membayar biaya bermain, anak biasanya menyisihkan uang jajan yang mereka peroleh dari orang tua.
Jika kejadian seperti ini terus berlanjut maka akan menimbulkan gejolak bagi masa depan bangsa. Kita bisa melihat bagaimana masa depan bangsa ke depan jika anak-anak lebih banyak menghabiskan wektunya di depan layar televisi atau computer.
Bukankah anak-anak seharusnya anak diajarkan untuk mengenal alam dengan cara bersentuhan langsung dengan alam sehingga menimbulkan tanda tanya bagi si anak. Dengan demikian si anak akan termotivasi untuk belajar mengenal lebih dalam tentang alam. Anak-anak adalah masa depan bangsa. Kita juga harus tahu bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mencintai dan memberi perhatian khusus bagi anak-anak.


Kemelut PSSI


Kemarin saya agak mengerutkan dahi ketika membaca sebuah berita di majalah Bola edisi 2.108 dengan judul PSSI “Abaikan Gerakan Moral”. Saya mengutip paragraf pertama dari tulisan tersebut: PSSI tak mau ambil pusing dengan maraknya sejumlah gerakan moral yang mencuat di masyarakat menghendaki reformasi di jajaran petinggi organisasi sepak bola tanah air“.

Menurut hemat saya PSSI adalah lembaga publik yang mengelola sepak bola nasional. Sudah banyak cara yang dilakukan oleh pihak yang peduli terhadap prestasi PSSI yang terus menurun. Sakitnya pihak PSSI bisa memberikan jawaban yang masuk akal untuk menyelamatkan muka mereka dari ambruknya prestasi team nas, dari kegagalan lolos dari fase grup piala AFF tahun 2008, kekalahan team U-16 tahun 2-0 dari Timor Leste, dan kekalahan telak 0-7 dari Uruguay. Tentang kegagalan terakhir kita bisa memaklumi karena lawan merupakan team dunia yang menduduki peringkat 4 di piala dunia Afrika Selatan.

Saya juga anah membaca paragraf berikutnya:“Nurdin mengaku masih berupaya menahan diri terhadap serangan-serangan yang ditujukan kepadanya.” Jangan membangunkan singa tidur. Oke nanti saya sukses dilengserkan dengan cara-cara kotor, tapi mereka harus siap dengan aksi balasan saat mereka berkuasa. Saya juga manusia biasa. Apa hal itu yang kita inginkan? Sepak bola kita makin kacau karena konflik yang tidak berujung”.

Seketika saya berpikir, sebenarnya yang pak Nurdin kehendaki dan perjuangkan adalah kekuasaan atau murni sepak bola?. Saya jadi beranggapan bahwa masalah besar sedang terjadi di lembaga PSSI. Bukan hanya rakyat yang cinta sepak bola yang telah berjuang untuk menyemangati kebangkitan PSSI salah satunya adalah reformasi di kepengurusan PSSI. Ternyata tekanan juga datang dari dalam diri PSSI untuk reformasi, apakah murni sepak bola atau politik saya tidak tahu, yang saya tahu adalah kegagalan terus datang ketika pak Nurdin sebagai ketua umum PSSI (turun kenapa pak!!!!!… marah).

Apakah pak Nurdin tidak mau turun karena sejauh ini hanya sepak bola yang dapat kucuran dana dari APBD yang sangat besar jumlahnya, dibandiingkan dengan olahraga lainnya. Sehingga kantong bapak selalu terisi? apalagi baru-baru ini kabar “sedap” datang bahwa PSSI minta kucuran dana 1,3 Triliun ke DPR untuk prestasi sepak bola?

Alangkah sakitnya saya sebagai pecinta sepak bola Indonesia mendengar kabar bahwa pak Nurdin telah mengeluarkan genderang perang sebelum turun dari PSSI. Hal ini memunculkan bahwa setelah Pak Nurdin turun PSSI masih akan berada dalam kemelut kekuasaan, entah siapa yang meminpin ke depan masih diperhadapkan dengan kondisi politik di PSSI yang masih kacau balau, tapi saya tetap mendukung team nas menjuarai piala AFF desember nanti, dan mendukung pak NURDIN turun…turun…turun….
30 Maret 2011

Dua Pohon

Akar pohon begitu kuat ketika berada di dalam tanah, tetapi begitu rapuh ketika muncul ke permukaan tanah. Akar yang muncul kepermukaan tanah semakin lama akan semakin rapuh; mengering, terkikis air dan angin, hingga rusak akibat ulah makhluk hidup. Mencoba bertahan tetap kuat dan tegar sulit dilakukan. Pasrah dan mati adalah pilihan yang harus diambil.
Dahan, batang, daun, buah, dan bunga mencoba memberi semangat agar akar tetap bertahan. Batang yang kekar dan keras tidak dapat berbuat banyak untuk menahan akar tetap bertahan. Dahan yang banyak dan menarik tidak dapat menggantikan akar yang berada di bawah. Daun yang indah dan hijau tidak dapat menutupi kesedihan akar yang akan segera mati. Bunga yang cantik dan indah hanya dapat berempati melihat kesedihan yang sedang terjadi. Buah yang manis dan asam hanya dapat bergantung menyaksikan kematian saudaranya dari pohon.
Namun dari dekat pohon tersebut terdapat satu pohon lain. Akar tetap berada di dalam tanah dan berjuang untuk hidup. Daun yang tumbuh tidak peduli akan kondisi dirinya. Daun memberikan dirinya untuk mati dan mengorbankan dirinya untuk bagian lainnya. Dahan yang awalnya menarik, kini tidak lagi menarik karena tubuhnya telah menjadi kering dan keriput. Batang yang kekar dan keras tidak lagi sekeras dulu karena kekurangan makanan. Buah dan bunga terlebih dahulu mati karena kepanasan dan angin kencang.
Ketika hujan turun, dedaunan pohon yang pertama sangat gembira karena berpikir mendapatkan banyak air untuk melanjutkan hidup mereka. Setiap dedaunan bersaing mendapatkan air yang lebih banyak dan sembari bernyanyi membersihkan tubuh mereka. Sementara pohon yang satu lagi merasa bersyukur karena penantian meraka akan air telah tiba. Akar yang telah mati tidak dapat berbuat banyak untuk menyerap air karena posisinya tidak lagi berada di dalam tanah. Sementara akar yang lain dengan tangis akan perjuangannya selama ini hanya dapat tersenyum bersama dengan batang dan dahan.
Ketika matahari muncul, dedaunan pohon yang satu berjuang dengan keras untuk memasak makanan, tetapi tidak mendapatkan hasil. Setelah kejadian dia bertanya kepada teman-temannya dan menyalahkan teman yang lain. Dia tidak sadar bahwa selama ini dia mendapat asupan makanan dari akar dan dia hanya bertugas untuk memasak kebutuhan mereka. Ketika waktu berjalan batang, dahan, buah, dan bunga memarahi daun karena tidak mendapat makanan. Peristiwa saling menyalahkan terjadi di antara mereka.
Sementara pohon yang lain, tetap menjalani perputaran hidup dengan normal. Daun-daun yang menggugurkan diri kemudian berubah menjadi humus yang berguna bagi pohon. Kepercayaan semakin kuat. Batang yang semula kering menjadi semangat lagi menjalani hidup. Dahan semakin manarik untuk dipandang. Daun-daun baru bermunculan dan berjemur pada kehangatan matahari. Semua bagian pohon menyambut dengan gembira kedatangan saudara baru mereka.
Namun hal yang paling menakjubkan adalah ketika satu daun berkata, bahwa mereka adalah satu team yang saling membutuhkan, apabila satu mati maka yang lain juga menyusul akan mati. Dan sebelum diketahui, bahwa kedua pohon ini adalah gambaran kehidupan manusia dalam hal persahabatan yang murni karena kasih atau karena sekedar hubungan.
Aku melihatmu tersenyum... 









Tulisan dan perjuangan

Awalnya sebuah pikiran yang terlintas dikepala. Kesulitan menuangkan dalam bentuk tulisan adalah perjungan terberat yang sering kuhadapi baik dalam membuat sebuah karangan lepas maupun ketika ide-ide muncul yang menuntut dituliskan ke dalam sebuah tulisan. Pikiran yang kocak, lucu, menginspirasi sering muncul. Tapi entah kenapa keinginan daging yang kuat memaksaku untuk menunda pekerjaan kecil ini. Apakah karena kebiasaan atau karena prilaku malas? Ini adalah hal yang harus segera kuatasi dengan keinginan yang kuat untuk berubah dan berkembang. Apalagi sebuah tulisan yang indah pasti akan memiliki karakter yang kuat apabila terus dilatih dan juga diasah.
Teringat aku akan kisah yang membuat aku tidak berpikir panjang untuk menulis. Hal yang kuingat adalah ketika menulis skripsi, mau tidak mau harus diselesaikan sesuai dengan deadline yang diberikan dosen kepadaku. Teman-teman dan keluarga sering bertanya kepadaku ”sudah bagaimana dengan TA-mu?”, pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sangat sulit kujawab pada masa itu. Pikiran yang berat untuk segera menyelesaikan TA dan pergumulan hidup terus mengintip dari samping hidupku dan terus mengikuti. Aku sering menghilangkan kejenuhan dengan cara bermain bola dan juga bermalasan di tempat tidur sembari bermain game di kamar.
Kecintaanku kepada tulisan semula telah mulai pudar karena seringnya waktu kuhabiskan di depan televisi. Aku bersyukur seiring dengan perjalanan waktu mulai jenuh di depan televisi dan ingin menuangkan semua ide-ide yang ada di dalam kepalaku dalam bentuk tulisan. Awalnya menguras mental dan dibutuhkan api yang membara di dalam jiwa dan hati. Akhirnya ketemukan juga. Aku sangat berharap ini bukan menjadi awal dan akhir sebuah perjalanan cerita linguistik, tetapi sebuah perjalanan panjang yang menuntut komitmen dan ketaatan untuk melaksanakannya.
Perjuangan adalah kata-kata yang menginspirasi banyak orang. Kata ini juga yang akan masuk kedalam relung hatiku untuk menambahkan semangat dalam diriku untuk melanjutkan sebuah kisah tentang hidup. Hidup adalah perjuangan (Chairil Anwar) telah menjadi kata-kata yang sering digunakan oleh para politisi untuk menarik simpati dari para pengikutnya dan juga mencari simpati dari rakyat banyak yang belum mengenal dia. Kata ini sangat mengobarkan semangat untuk tetap menjalani hidup, walaupun banyak kesulitan dan permasalahan yang dihadapi di dalam hidup. Chairil Anwar tidak sembarang memilih 3 kata yang sangat berkarakter. Hal ini juga kiranya yang mendorongku untuk tetap bertahan dalam dunia linguistik.
Selamat berkarya 






















Tema: Kecukupan

Kerangka acuan
Pembukaan (sapaan) Syalom dan selamat hari minggu bagi kita semua 

Sekali lagi syalom bagi kita semua .... 

Kisah: ” Ketika melihat Echa yang masih imut dan lucu, aku teringat apakah aku seperti echa? pastilah dunia anak sangat menyenangkan. Aku teringat sewaktu masih kecil ketika itu aku sudah tahu cara bermain, berkata-kata, dan menyampaikan apa yang ada di pikiranku. Kebiasaanku kecil yang sampai saat ini sulit untuk kulupakan dan masih sering kuingat, yaitu pada malam hari sebelum tidur aku mencari kaki bapak atau mamakku sebagai bantal sandaranku sebelum tidur. Apakah dicuci atau tidak aku tidak terlalu peduli. Walaupun aku sering mendapatkan teguran dari saudara-saudaraku yang mengatakan itu ada bantal mengapa kau mencari kaki untuk menjadi bantal.... hehehehehe aku mengabaikannya. Dan yang sering aku lakukan sewaktu kecil adalah memeluk kaki bapakku yang baru pulang dari kantor sembari mengatakan ”Bapak pulang” (dengan nada kegirangan dan berharap aku diangkat dan merindukan aku dipeluk. Aku tidak tahu apakah bapak baru pulang karena keletihan dalam pekerjaannya atau riang karena pekerjaan telah selesai yang hanya ku tahu adalah bapakku pulang dan keriangan dalam hatiku. Walapun setiap hari kami bertemu, tetapi jika bertemu hari berikutnya bagaikan hari baru.... saya mengajak teman-teman untuk melihat setiap hari adalah hari baru yang disyukuri karena Tuhan masih memelihara hidup kita.
Mari kita yang ada di sini untuk melihat teman yang ada disamping kita baik di kiri maupun di kanan dan mengatakan”SENANG BERTEMU LAGI DENGANMU, Apa kabar?”..... sambil bersalaman.....
Saat ini saya mengajak kita yang ada disini untuk berdiri, mari kita menyanyikan lagu (God is Good)....
Berdoa .........

Ucapan syukur dan penyembahan
Cerita: ”

Bernyanyi: ”

Pengampunan dosa setelah itu mendengarkan firman:
Bernyanyi: ”

Pengumpulan persembahan sembari bernyanyi:

Kami mengundang ..... untuk menutup ibadah kita sambil berdoa untuk persembahan yang telah kita kumpulkan. End

Sebuah Novel

SURAT UNTUK SURGA

Ini kisah seorang anak yang menjalani hari-hari tidak seperti anak-anak kebanyakan. Walaupun demikian dia tetap bermain dan bercanda bersama anak-anak yang lain. Kisah ini bermula dari kehidupan rumah tangga yang tidak kondusif. Dia juga bergaul dengan orang-orang dewasa di sekitar tempat tinggalnya. Merokok adalah salah satu aktivitas yang tidak pernah dilewatkan oleh si anak.
Kehidupan dalam rumah tangga selalu diwarnai oleh percekcokan karena masalah ekonomi. Hampir setiap hari dia mendengar suara yang lantang dan keras keluar dari kedua orang tuanya. Dia kadang heran dan bingung mendengar kata-kata yang tidak seharusnya dia dengar. Umpatan, makian, dan hinaan menjadi kata-kata yang sering dia dengar sehingga tanpa sadar dia membawanya dalam pergaulan dengan teman-temannya.
Pergaulan dengan orang dewasa bukan nya bergaul dengan orang-orang terdidik dan memiliki cerita hidup yang positif. Dia bergaul dengan orang-orang dewasa yang memanfaatkan anak-anak untuk mendapatkan uang misalnya menyuruh si anak bekerja sebagai anak jalanan maupun mengamen di jalanan. Ketika si anak tidak mendapatkan uang, anak akan kesulitan memperoleh makanan. Pergi ke warung makan adalah salah satu cara yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan makanan. Makanan sisa bagaikan makanan empuk untuk disantap malam itu juga.
Pergi ke sekolah adalah kerinduan yang mendalam dalam dirinya. Dia sering duduk terpaku melihat setiap anak-anak berlari ke sekolah dengan menggunakan pakaian seragam yang lengkap. Dia pernah menjalani hari-hari bersekolah selama 7 bulan. Setelah itu dia berhenti karena orangtuanya tidak mendukumng dia untuk pergi sekolah dan dia tidak tahan untuk tinggal di rumah karena tidak tahan dengan kondisi rumah. Walapun belajar selama tujuh bulan dia telah bisa membaca dengan baik. Tetapi untuk berhitung dia memperoleh pengetahuan yang dalam melalui bermain berhitung dengan teman-temannya.
Lampu merah adalah berkah bagi si anak untuk mendapatkan rejeki. Bernyanyi dengan suara nyaring dilengkapi dengan kayu yang ditempelkan celeng dipukul-pukul ke tangan mengiringi doia bernyanyi. Nyanyian yang dinyanyikan mungkin dia tidak mengerti untuk apa dinyanyikan, tetapi dia tetap bernyanyi. Receh adalah keuntungan baginya sementara bagi yang memberi adalah menguatkan si anak untuk tetap bertahan hidup. Setelah lampu berubah menjadi hijau dia beranjak pergi menuju persimpangan menanti lampu merah berikutnya.
Lampu merah berikutnya muncul. Dia terhenti sejenak meliaht seorang anak muda membawa koran dan majalah menawarkan kepada para penggunak jalan untuk di jual. Dia berpikir sejenak dan mendatangi si pemuda untuk bertanya ”Apa yang kamu lakukan?”. Si pemuda berhenti sejenak dan mengajak si anak ke pinggir jalan untuk menjawab pertanyaan si anak. Pemuda tersebut melakukan kegiatan tersebut untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri karena dia telah ditinggal oleh kedua orang tuanya sehingga dia dengan terpaksa melakukan kegiatan tersebut. Si anak melanjutkan pertanyaannya,” kamu tidur dimana?”. Pemuda menjawab dengan ringan pertanyaan anak tersebut. Aku tidak memiliki tempat tinggal, biasanya aku tidur di emperan toko dan bajuku aku tinggalkan di sebuah tempat yang hanya aku sendiri yang tahu.
Si anak penasaran denga pemuda tersebut. Dia bertanya untuk ketiga kalinya ” Apakah aku boleh menjadi temanmu?”. Si pemuda memandang si anak sejenak dan tanpa sadar matanya berkaca-kaca, dengan bahagia dia menjawab pasti aku mau menjadi temanmu.
Setelah kejadia tersebut mereka pergi ke pinggir jalan. Si pemuda membawa si anak ke tempat yang diceritakannya. Si anak telah mengambil keputusan yang benar karena dia menemukan pemuda yang memiliki semangat juang untuk hidup yang benar. Sesampainya di tempat pemuda si anak keheranan melihat banyak koran bekas di tempat tinggal si pemuda. Mereka bercerita lama walaupun mereka berdua tidak memiliki asam garam kehidupan yang banyak tetapi mereka berbagi banyak pengalaman hidup.
Selang beberapa lama si anak bertanya “apakah aku boleh membaca koran-koran ini, satu aja?” dengan ringan pemuda menjawab, “tidak satu yang akan keberikan kepadamu, tetapi semua koran apabila kamu sanggup membacanya bacalah dengan senang hati. Si anak dengan bangga menerima jawaban si pemuda. Awalnya sangat sulit si anak untuk membaca tulisan yang kecil-kecil di koran, dia hanya sanggup membaca tulisan yang besar-besar di koran yang merupakan judul sebuah wacana. Lambat laun dia mencoba untuk membaca tulisan yang kecil. Suatu ketika dia menemukan sebuah judul yang menarik baginya dan dia membaca setiap kata yang dituliskan di dalam koran tersebut.
Ternyata dia tertegun dengan apa yang dia baca walaupun dia tidak mengerti sepenuhnya apa yang dia baca. Tetapi dia tertarik akan saran yang ditujukan oleh tulisan dari koran tersebut. Dia meminta pensil kepada pemuda dan si pemuda tidak memiliki pensil dia menawarkan pulpen. Si anak bingung dengan pulpen yang ada padanya. Si anak menerima pulpen tersebut dan segera memakainya. Dia kemudian menulis.
Kata-kata yang dituliskan hanya terdiri dari 3 kata yaitu ”TUHAN INILAH HIDUPKU”. Kemudian dia menyerahkan tulisan tersebut kepada pemuda tersebut. Si pemuda membaca dan menangis matanya berkaca-kaca membaca tulisan si anak. Kemudian si pemuda melanjutkan tulisan si anak juga dengan 3 kata juga ”TOLONGLAH AKU TUHAN”. Dan mereka tidak tahu menujukan kepada siapa surat tersebut.........





Sebuah awal yang berakhir

Di sebuah desa tinggallah 100 KK dengan seorang kepala desa. Jumlah penduduknya diperkirakan sebanyak 400 orang yang kebanyakan berprofesi sebagai petani dan peternak. Tanah yang luas membentang ditanami oleh padi. Lada ng yang luas juga ditanami dengan berbagai tanaman ladang semisal cabe, tomat, dan kacang panjang. Kehidupan masyarakat berjalan seperti kebanyakan desa-desa kebanyakan. Pagi hingga sore mereka menghabiskan waktu di sawah, sedangkan anak-anak pagi bersekolah, setelah sekolah mereka menyempatkan diri untuk pergi ke sawah atau ke ladang untuk membantu orang tua mereka.
Di sebuah sudut desa hiduplah sebuah keluarga yang terdiri dari seorang ayah, seorang ibu dan 2 orang anak yang telah menginjak SD. Yang paling tua bernama Anto kelas 4 SD laki-laki, sedangkan yang paling muda perempuan bernama Dinda kelas 1 SD. Mereka tidak memiliki tanah untuk dikelola. Ayahnya bernama Sudi sementara ibunya bernama Sinda. Mereka hanya hidup dari pekerjaan serabutan, apabila ada warga panen atau melakukan penanaman mereka akn dipanggil sebagai buruh dan digaji harian. Walaupun demikian mereka masih tetap hidup walaupun serba kekurangan.
Pak kepala desa bernama Radi adalah seorang kepala desa yang selalu menghabiskan waktunya untuk berada di kantor. Dia terus memantau kinerja para staff nya di kantor kepala desa. Sehingga membuat dia lupa akan tugas utamanya sebagai kepala desa yang memiliki tugas mendampingi masyarakat di desa. Bisa dikatakan dia hanya bertugas mengurusi tantang administrasi yang berhubungan dengan dirinya. Sementara jika tidak ada urusan yang berhubungan dengan dirinya, dia berpikir keras bagaimana cara agar desanya mendapat bantuan untuk mengembangkan kemajuan desa. Apabila ada rapat dewan desa dia turut serta tetapi tidak maksimal hanya mendengar keluhan tanpa melihat langsung apa yang sebenarnya terjadi.
Suatu hari pak kepala desa mendapat surat dari kabupaten untuk mengusulkan bantuan apa yang dilihat baik untuk pengembangan masyarakatnya. Pak Radi mulai berpikir. Dia berpikir apa yang harsu diusulkan kepada kabupaten. Sementara pikiran berjalan dia mengingat sebuah usaha yaitu usaha peternakan sapi. Hal ini dilihat baik karena dia berpikir tanpa bekerja berat, keuntungan dari sapi bisa diperoleh. Kemudian dia mengusulkan kepada pihak kabupaten untuk mengirimkan 5 pasang kerbau yang telah dewasa.
Sembari menunggu hasil proposal dari kabupaten, dia pergi berjalan-jalan untuk melihat siapa warga yang bisa dia gunakan tenaganya untuk menjadi buruh di peternakan yang akan dia kembangkan. Dalam beberapa hari dia belum menemukan seorangpun warga yang tidak memiliki tanah sendiri. Dia hampir putus asa untuk menemukan orang yang dia harapkan. Suatu ketika tanpa sadar dia bertemu dengan 2 orang anak yang bernama Anto dan Sinta yang sedang asyik bermain. Pak Radi bertanya apakah kamu tidak membantu orang tua kamu bekerja di ladang atau di sawah, demikian pertanyaan pak Radi. Anto menjawab :” ayah kami tidak punya sawah atau ladang”. Pak Radi bingung, setahu dia setiap warga memiliki sawah atau ladang sebagai modal untuk mencukupi kebutuhan harian mereka.
Pak Radi tertarik untuk mengajak kedua anak tersebut untuk menemui orang tua mereka. Kemudian mereka berjalan menyusuri jalan setapak. Pak radi baru pertama kali melihat ada sebuah rumah yang kecil berada di pinggir desanya dan di sekitar rumah tersebut tumbuh pepohonan tinggi sehingga sulit diketahui apabila dilihat dari jauh. Tak lama kemudian Pak Radi bertemu dengan kedua orangtua anak tersebut. Pak Radi menawarkan sebuah pekerjaan kepada pak Sudi dan ibu Sinda untuk memulai pembuatan peternakan di kampung tersebut. Walaupun tidak memiliki pengalama yang matang untuk memulai peternakan. Pak Radi tetap memiliki keinginan yang kuat untuk mengembangkan desanya. Tanpa pikir panjang kedua orang tua tersebut menerima penawaran dari pak Radi.
Esoknya pak Sudi dan dan bu Sinda pergi ke rumah pak kepala desa. Mereka berdua bingung dan bertanya kepada kepala desa perihal kandang yang belum ada dan sapi yang juga belum ada. Pak kepala desa berinisiatif untuk membangun kandang terlebih dahulu tidak jauh dari rumahnya sejauh 100 m. Mereka membangun kandang selama 1 minggu dengan ukuran kandang mencukupi untuk 10 ekor sapi. Setelah kandang selesai pak Sudi dan bu Sinda lagi apa yang harus dilakukan selanjutnya menunggu sapinya ada. Pak kepala desa menyarankan kepada mereka untuk menunggu terlebih dahulu sembari sapinya datang.
Keesokan harinya pak Radi pergi ke kantor kabupaten untuk melihat apakah proposalnya sudah ditanggapi atau belum. Proposal dari pak Radi telah selesai diproses dari bagian administrasi. Kemudian dia bertanya sekarang proposalnya berada dimana? Dia berharap cemas. Hasilnya dia memperoleh kabar bahwa psoposalnya cair dan dia bertanya sapinya sekarang ada dimana? Ternyata sapi yang diharapkan masih dalam bentuk uang di rekening kabupaten. Dengan penuh perasaan menahan amarah pak Radi bertanya kapan bisa dicairkan? Petugas menjawab dengan enteng menunggu keputusan dari atas. Sementara pak Bupati sedang melakukan perjalanan dinas ke luar kota. Jadi pak Radi belum bisa bertanya lebih jauh.
Dia pulang dengan perasaan kecewa. Dia berpikir sejanak. Di dalam pikiran terlintas ”Bagaimana jika aku membeli sapi 2 pasang, agar pak Sudi dan bu Sinda memiliki pekerjaan”. Tetapi dia belum memiliki uang yang cukup untuk membeli 2 pasang sapi. Sesampai di rumah dia berpikir keras bagaimana cara yang cepat agar desanya memiliki sapi. Tetapi dia memiliki pengharapan bahwa pak bupati pulang setelah dua hari. Setelah dua hari berjalan dia pergi lagi ke kantor kabupaten untuk menemui pak bupati. Sesampai di kantor kabupaten dia bertemu dengan bupati dan dia menyampaiakan maksud dan tujuan dia menemui bupati. Ternyata dia mendapatkan jawaban yang tidak masuk akal. Dia keluar dari kantor kabupaten dengan wajah yang murung. Dia harus memutuskan bahwa desanya harus memiliki sapi.
Sesampai di rumah dia masih berpikir bagimana mungkin dana yang seharusnya diperoleh untuk membeli sapi tidak ada lagi. Tetapi dia tidak bisa berbuat banyak karena dia tidak memiliki dasar hukum yang kuat untuk melawan. Dia masuk kedalam kamar sembari bercerita panjang lebar kepada istrinya perihal kejadaian yang baru saja dia alami di kantor kabupaten. Mereka berdiskusi panjang lebar. Samapai pada satu kesimpulan pak Radi mengambil buku tabungannya dan melihat berapa banyak uang yang dia miliki. Ternyata uangnya hanya cukup untuk membeli satu pasang sapi.
Keesoakan harinya dia bersama dengan pak Sudi dan Bu Sinda pergi ke pasar ternak untuk membeli satu padang sapi. Mereka bahagia telah memiliki sapi untuk desa mereka. Sesampainya di desa mereka memasukkan sapi ke kandang baru mereka dengan perasaan senang. Pak Sudi menjaga dan merawat sapi dengan penuh semangat. Untuk mencukupi kebutuhan harian pak Sudi beserta keluarga, pak Radi membagi gajinya sebagai kepal desa untuk diberikan kepada pak Sudi setiap bulannya.
Setelah 1 tahun sapi melahirkan satu ekor sapi, sehingga mereka memiliki 3 ekor sapi untuk di ternakkan. Pak Radi mendapat surat lagi dari kabupaten untuk mengirimkan proposal lagi. Dan dia mengirim kembali dan hasilnya seperti kejadian yang lalu. Dia tidak mau ambil pusing. Setelah memiliki peternakan sapi, pak Radi terus memberi waktu untuk mengelilingi desanya sembari bercerita tentang peternakan sapi. Tetapi dia tidak mendapat respon yang baik dari setiap warga. ..............
Hari berganti hari, pak Radi semakin memiliki keinginan yang kuat untuk mengembangkan desanya dari hanya bertani menjadi bertani dan beternak. Setiap saat melihat sapinya dia memiliki kerinduan bahwa setiap penduduk desany juga memiliki sapi. Dia terus mencari cara untuk mendekati masyarakat, hingga suatu ketika adaseorang warga yang tertarik untuk berbagi cerita kepada pak Radi. Pak Radi berbagi pengalaman kepada warga yang bertanya kepadanya.
Pak Radi mempertemukan warga tersebut kepada Pak Sudi dan Bu Sinta. Mereka berbagi cerita dan diskusi berlangsung denganbaik dan lancar, hingga suatu ketika warga tertarik untuk mengembangkan dirinya untuk memiliki sapi. Karena keterbatasan pengetahuan dan jarangnya pihak pemerintah melakukan penyuluhan ke desa pak Radi, maka pertumbuhan sapi dan bagaimana cara merawat sapi yang baik tidak mereka miliki. Pengembangan hanya mereka lakukan dengan cara otodidak.
Suatu ketika mereka menghadapi masalah pada salah satu ternak sapi mereka. Mereka melakukan berbagai cara untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Tetapi mereka kesulitan untuk menemukan cara yang tepat. Sehingga pak Radi mengambil inisiatif untuk pergi ke kabupaten mencari solusi dan bertanya bagaimana cara yang baik cara beternak sapi yang baik dan benar. Petugas peternakan memberi janji bahwa mereka akan mengadakan kunjungan ke dasa pak Radi dalam waktu dekat, tetapi tidak memberikan jadwal yang tepat, sehingga pak Radi meragukan pemberitahuan dari pihak peternakan. Tetapi dia tetap optimis bahwa pihak peternakan akan datang ke dasa mereka dan pak Radi memegang janji mereka. Walaupun di awal Pak Radi menjelaskan bahwa sapi yang diternakkan hanya berjumlah 3 ekor sapi.
Setelah beberapa waktu pihak peternakan kabupaten ternyata tidak datang juga. Pak Radi mulai berpikir apakah karena sapi yang berjumlah 3 ekor atau karena mereka memiliki pekerjaan yang lebih penting. Pak Radi mendatangi peternakan beberapa hari kemudian untuk meminta batuan lagi, tetapi dia mendapatkan penjelasan yang tidak menguntungkan bagi dia dan juga peternakannya. Yang didapatkannya adalah cara beternak sapi dengan cara konservatis. Tetapi dia sangat mengharapkan ada penjelasan yang lebih baik untuk pengembangan sapi. Dia tidak putus asa, Pak Radi beserta pak Sudi pergi ke daerah yang telah memiliki peternakan sapi. Mereka mendapatkan banyak informasi. Setelah beberapa hari anak sapi yang mereka peroleh mati karena penyakit yang tidak diketahui. Dengan informasi yang telah mereka peroleh pak Radi mengeluarkan uang yang banyak dari tabungannya untuk membeli 2 pasng sapi lagi,sehingga dia telah memiliki 3 pasang sapi untuk diternakkan.
Pak Sudi sangat senang walapun sapi yang dipeliharanya bukan kepemilikannya. Pak sudi dan Pak Radi dalam perjalanan menernakkan sapai telah memiliki hubungan emosional yang kuat sehingga pak Radi memutuskan untuk membangun rumah kecil di samping rumahnya untuk dijadikan tempat tinggal Pak Sudi beserta keluarga. Dengan mata berkaca-kaca pak Sudi menerima tawaran pak Radi dengan senang hati dan menceritakan apa yangmereka diskusikan kepada Bu Sinta dan kepada kedua anaknya.
Mereka mulai memesan bahan bangunan untuk memulai mabangun rumah yang sederhana. Pak Sudi dan Pak Radi bahu membahau untuk membangun rumah beserta dengan beberapa warga yang lain. Sembari membangun rumah pak Radi bercerita banyak kepada para warga yang ikut membangun tentang rencananya mengembangkan desanya melalui peternakan sapi. Para warga yang mendengar mulai antusias mendengar penjelasan dari pak Radi dan sekalian melihat peternakan yang telah mereka bangun selama lebih kurang 1,5 tahun. Selama membangun rumah kekerabatan dan kekeluargaan terjalin dengan baik diantara mereka.
Setelah satu bulan rumah telah selesai dibangun dan telah siap untuk ditempati oleh Pak Sudi dan keluarganya. Mereka mengangkut barang-barang mereka dari rumah yang lama ke rumah yang baru dengan gotong royong bersama keluarga pak Radi. Karena keterbatasan kendaraan mereka mengangkatnya dengan mensortir barang satu demi satu menggunakan sepeda motor pinjaman dari warga yang lain. Setelah seharian bekerja akhirnya perpindahan barang telah selesai dilakukan.

Suasana baru

Jumat, 10 September 2010

Indonesia_malaysia

 

“Kalau kita lapar itu biasa, kalau kita malu itu juga biasa. Namun, kalau kita lapar dan malu itu karena Malaysia, kurang ajar! Kerahkan pasukan ke Kalimantan, hajar cecunguk Malaya itu! Pukul dan sikat. Jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak Malaysian keparat itu”

“Doakan aku, aku akan berangkat ke medan juang sebagai patriot bangsa, sebagai martir bangsa, dan sebagai peluru bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya”.

“Serukan, serukan ke seluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan kita.  Kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat”.

“Yoo…., ayooo…. Kita ganyang. Ganyang Malaysia! Ganyang Malaysia! Bulatkan tekad. Semangat kita baja. Peluru kita banyak. Nyawa kita banyak. Bila perlu satoe-satoe”. (Kompas, 8 September 2010).

Kutipan pidato murka Bung Karno di atas menyulut kemarahan bangsa Indonesia terhadap Negara tetangga Malaysia. Hal ini terjadi karena pada tanggal 17 Desember 1963, terjadi gerakan anti Indonesia di negara Jiran Malaysia. Hal ini dibuktikan dari tindakan anarkis para demonstran Malaysia yang menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno, membawa lambang Garuda Pancasila ke hadapan perdana Menteri Malaysia (Tuanku Abdul Rahman) dan memaksanya menginjak lambang garuda tersebut.

Hal yang dilakukan Malaysia saat ini terjadi di Indonesia, tapi cara yang dilakukan oleh para demonstran adalah dengan melakukan berbagai demonstrasi di berbagai daerah, di depan kedubes Malaysia di Jakarta, tindakan anarkis membakar duplikat bendera Malaysia, sampai tindakan pelemparan tinja manusia di kedubes Malaysia di Jakarta. Haruskah Malaysia marah?

 

Pemicu

Pada tanggal 13 Agustus 2010, 3 polisi perikanan dan kelautan Republik Indonesia menangkap 9 nelayan Malaysia yang melakukan penangkapan ikan di wilayah perairan Indonesia. Polisi Indonesia menggiring nelayan Malaysia untuk menepi di perairan Bintan, Kepulauan Riau. Di tengah jalan, pihak polisi diraja Malaysia menghentikan kapal patroli Indonesia dan digiring untuk di bawa ke Malaysia.

Para polisi Indonesia diperlakukan layaknya tahanan. Mereka diborgol dan diwajibkan mangenakan pakaian tahanan. Menurut hemat penulis, tindakan yang dilakukan Malaysia adalah kejahatan karena pihak Indonesia tidak melakukan tindakan melanggar hukum.

Perundingan dilakukan dengan tujuan penyelesaian masalah secara damai. Pihak Indonesia yang diwakilkan oleh menteri luar negeri melakukan barter antara polisi Indonesia dengan pencuri ikan berserta hasil tangkapan mereka. Ada kecurigaan mendasar dari berbagai pihak di Indonesia, bahwa 3 polisi Indonesia yang ditangkap mengalami kekerasan semasa menjalani tahanan di Malaysia. Salah satu polisi di Indonesia mengenakan topi yang biasanya dia tidak pernah mengenakan topi. Para wartawan meminta agar dia melepas topi seketika untuk diabadikan wajahnya, tapi ditolak. Muncul pertanyaan mengapa?

Masalah tidak hanya sampai pada barter tahanan yang memunculkan banyak polemik di Indonesia. Perundingan dilanjutkan dengan membicarakan kejelasan batas wilayah perairan sehingga menghasilkan perundingan Kinabalu. Tetapi hasil dari perundingan Kinabalu sangat merugikan bangsa Indonesia. Salah satu contoh sebelum perundingan Kinabalu adalah munculnya statemen bahwa apabila polisi Indonesia ditangkap tidak akan diborgol, yang ditujukan hanya kepada bangsa Indonesia. Apakah ini suatu kebanggaan?

 

Napak Tilas

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah. Itu adalah kata Bung Karno (JAS MERAH= jangan sekali sekali melupakan sejarah). Dari kalimat ini tercermin bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang patut diperhitungkan dipercaturan dunia internasional. Bukan karna wilayah Indonesia yang luas dan jumlah penduduk yang terbanyak ke 5 di dunia. Tetapi karena mental persatuan dan kesatuan bangsa yang kuat.

Sejak dikeluarkannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, persatuan dan kesatuan bangsa yang awalnya bersifat kedaerahan berubah secara drastis menjadi satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa yang memperkokoh persatuan dan kesatuan. Walaupun di awal perjuangannya, persatuan dan kesatuan sepertinya sulit diwujudkan, tetapi dengan semangat merebut kemerdekaan semua halangan dan rintangan dapat dilewati dan dihancurkan.

Sejak Indonesia merdeka, Belanda berencana ingin menguasai kembali Indonesia dengan cara menduduki kota-kota besar selain Jakarta yaitu Medan, Surabaya, Semarang, dan Bandung dengan dibantu oleh tentara sekutu. Rencana Belanda gagal total karena telah terjalin persatuan di Indonesia. Apabila satu daerah diserang, daerah lain juga diserang. Inilah senjata pemicu moral dan mental perjuangan bangsa untuk mempertahankan NKRI.

Setelah kejadian tersebut, negara Indonesia dikenal sebagai negara yang besar dan terkuat di Asia Tenggara. Hal ini dibuktikan oleh kekuatan melitir terkuat di Asia tenggara. Selain itu juga terpilihnya Indonesia menjadi negara Asia pertama yang menyelenggarakan KTT Asia Afrika di Bandung, dan juga sebagai penggagas gerakan Non Blok, serta banyak negara-negara menjadikan bangsa Indonesia sebagai juru runding damai.

Sejak terjadi kemelut di dalam negeri yaitu peristiwa G 30 S PKI, ekonomi yang kacau balau, dan politik yang tidak stabil. Bangsa Indonesia memilih untuk menyelesaikan masalah dalam negeri terlebih dahulu sehingga untuk masalah-masalah politik luar negeri ditinggalkan untuk memperbaiki kondisi dalam negeri.

Saat ini bangsa sedang diganggu kenyamanannya oleh negara tetangga Malaysia. Rakyat marah, tuntutan ketegasan sikap dari pemerintah muncul di berbagai tempat. Bahkan hal yang paling menarik adalah tuntutan untuk malakukan konfrontasi dengan Malaysia muncul seketika.

Sulit untuk memilih pilihan yang bijak dalam hal ini karena banyak penduduk Indonesia yang mencari peruntungan di Negara Malaysia sebagai TKI. Bahkan keuntungan Indonesia dari TKI adalah mencapai 56 triliun rupiah, sehingga dikatak TKI sebagai pahlawan devisa. Jumlah TKI sampai saat ini yang berada di negara Malaysia adalah 2 juta jiwa. Apabila terjadi konfrontasi dengan Malaysia maka bagaimana dengan hidup 2 juta penduduk Indonesia di Malaysia? Hal ini diperparah lagi dengan adanya jumlah penganggur sebanyak 10% dari jumlah penduduk Indonesia yaitu 25 juta jiwa. Apabila 2 juta penduduk Indonesia pulang dari Malaysia akan memperbanyak pengangguran di Indonesia.

Sampai saat ini tuntutan terhadap pemerintah tentang penyediaan lapangan kerja masih sangat deras.

Apakah kejadian 47 tahun yang lalu akan terulang? Bangsa yang besar dan kuat tidak akan gampang terprovokasi untuk menyelesaikan masalah dengan jalan perang. Tetapi diperlukan kebijakan khusus dari petinggi negeri, bukan berarti tuntutan penuh terhadap pemerintah tetapi kita sebagai rakyat juga sebaiknya bijak menyikapi hal yang terjadi khususnya masalah IndonesiaMalaysia.