Jumat, 10 September 2010

Indonesia_malaysia

 

“Kalau kita lapar itu biasa, kalau kita malu itu juga biasa. Namun, kalau kita lapar dan malu itu karena Malaysia, kurang ajar! Kerahkan pasukan ke Kalimantan, hajar cecunguk Malaya itu! Pukul dan sikat. Jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak Malaysian keparat itu”

“Doakan aku, aku akan berangkat ke medan juang sebagai patriot bangsa, sebagai martir bangsa, dan sebagai peluru bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya”.

“Serukan, serukan ke seluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan kita.  Kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat”.

“Yoo…., ayooo…. Kita ganyang. Ganyang Malaysia! Ganyang Malaysia! Bulatkan tekad. Semangat kita baja. Peluru kita banyak. Nyawa kita banyak. Bila perlu satoe-satoe”. (Kompas, 8 September 2010).

Kutipan pidato murka Bung Karno di atas menyulut kemarahan bangsa Indonesia terhadap Negara tetangga Malaysia. Hal ini terjadi karena pada tanggal 17 Desember 1963, terjadi gerakan anti Indonesia di negara Jiran Malaysia. Hal ini dibuktikan dari tindakan anarkis para demonstran Malaysia yang menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno, membawa lambang Garuda Pancasila ke hadapan perdana Menteri Malaysia (Tuanku Abdul Rahman) dan memaksanya menginjak lambang garuda tersebut.

Hal yang dilakukan Malaysia saat ini terjadi di Indonesia, tapi cara yang dilakukan oleh para demonstran adalah dengan melakukan berbagai demonstrasi di berbagai daerah, di depan kedubes Malaysia di Jakarta, tindakan anarkis membakar duplikat bendera Malaysia, sampai tindakan pelemparan tinja manusia di kedubes Malaysia di Jakarta. Haruskah Malaysia marah?

 

Pemicu

Pada tanggal 13 Agustus 2010, 3 polisi perikanan dan kelautan Republik Indonesia menangkap 9 nelayan Malaysia yang melakukan penangkapan ikan di wilayah perairan Indonesia. Polisi Indonesia menggiring nelayan Malaysia untuk menepi di perairan Bintan, Kepulauan Riau. Di tengah jalan, pihak polisi diraja Malaysia menghentikan kapal patroli Indonesia dan digiring untuk di bawa ke Malaysia.

Para polisi Indonesia diperlakukan layaknya tahanan. Mereka diborgol dan diwajibkan mangenakan pakaian tahanan. Menurut hemat penulis, tindakan yang dilakukan Malaysia adalah kejahatan karena pihak Indonesia tidak melakukan tindakan melanggar hukum.

Perundingan dilakukan dengan tujuan penyelesaian masalah secara damai. Pihak Indonesia yang diwakilkan oleh menteri luar negeri melakukan barter antara polisi Indonesia dengan pencuri ikan berserta hasil tangkapan mereka. Ada kecurigaan mendasar dari berbagai pihak di Indonesia, bahwa 3 polisi Indonesia yang ditangkap mengalami kekerasan semasa menjalani tahanan di Malaysia. Salah satu polisi di Indonesia mengenakan topi yang biasanya dia tidak pernah mengenakan topi. Para wartawan meminta agar dia melepas topi seketika untuk diabadikan wajahnya, tapi ditolak. Muncul pertanyaan mengapa?

Masalah tidak hanya sampai pada barter tahanan yang memunculkan banyak polemik di Indonesia. Perundingan dilanjutkan dengan membicarakan kejelasan batas wilayah perairan sehingga menghasilkan perundingan Kinabalu. Tetapi hasil dari perundingan Kinabalu sangat merugikan bangsa Indonesia. Salah satu contoh sebelum perundingan Kinabalu adalah munculnya statemen bahwa apabila polisi Indonesia ditangkap tidak akan diborgol, yang ditujukan hanya kepada bangsa Indonesia. Apakah ini suatu kebanggaan?

 

Napak Tilas

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah. Itu adalah kata Bung Karno (JAS MERAH= jangan sekali sekali melupakan sejarah). Dari kalimat ini tercermin bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang patut diperhitungkan dipercaturan dunia internasional. Bukan karna wilayah Indonesia yang luas dan jumlah penduduk yang terbanyak ke 5 di dunia. Tetapi karena mental persatuan dan kesatuan bangsa yang kuat.

Sejak dikeluarkannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, persatuan dan kesatuan bangsa yang awalnya bersifat kedaerahan berubah secara drastis menjadi satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa yang memperkokoh persatuan dan kesatuan. Walaupun di awal perjuangannya, persatuan dan kesatuan sepertinya sulit diwujudkan, tetapi dengan semangat merebut kemerdekaan semua halangan dan rintangan dapat dilewati dan dihancurkan.

Sejak Indonesia merdeka, Belanda berencana ingin menguasai kembali Indonesia dengan cara menduduki kota-kota besar selain Jakarta yaitu Medan, Surabaya, Semarang, dan Bandung dengan dibantu oleh tentara sekutu. Rencana Belanda gagal total karena telah terjalin persatuan di Indonesia. Apabila satu daerah diserang, daerah lain juga diserang. Inilah senjata pemicu moral dan mental perjuangan bangsa untuk mempertahankan NKRI.

Setelah kejadian tersebut, negara Indonesia dikenal sebagai negara yang besar dan terkuat di Asia Tenggara. Hal ini dibuktikan oleh kekuatan melitir terkuat di Asia tenggara. Selain itu juga terpilihnya Indonesia menjadi negara Asia pertama yang menyelenggarakan KTT Asia Afrika di Bandung, dan juga sebagai penggagas gerakan Non Blok, serta banyak negara-negara menjadikan bangsa Indonesia sebagai juru runding damai.

Sejak terjadi kemelut di dalam negeri yaitu peristiwa G 30 S PKI, ekonomi yang kacau balau, dan politik yang tidak stabil. Bangsa Indonesia memilih untuk menyelesaikan masalah dalam negeri terlebih dahulu sehingga untuk masalah-masalah politik luar negeri ditinggalkan untuk memperbaiki kondisi dalam negeri.

Saat ini bangsa sedang diganggu kenyamanannya oleh negara tetangga Malaysia. Rakyat marah, tuntutan ketegasan sikap dari pemerintah muncul di berbagai tempat. Bahkan hal yang paling menarik adalah tuntutan untuk malakukan konfrontasi dengan Malaysia muncul seketika.

Sulit untuk memilih pilihan yang bijak dalam hal ini karena banyak penduduk Indonesia yang mencari peruntungan di Negara Malaysia sebagai TKI. Bahkan keuntungan Indonesia dari TKI adalah mencapai 56 triliun rupiah, sehingga dikatak TKI sebagai pahlawan devisa. Jumlah TKI sampai saat ini yang berada di negara Malaysia adalah 2 juta jiwa. Apabila terjadi konfrontasi dengan Malaysia maka bagaimana dengan hidup 2 juta penduduk Indonesia di Malaysia? Hal ini diperparah lagi dengan adanya jumlah penganggur sebanyak 10% dari jumlah penduduk Indonesia yaitu 25 juta jiwa. Apabila 2 juta penduduk Indonesia pulang dari Malaysia akan memperbanyak pengangguran di Indonesia.

Sampai saat ini tuntutan terhadap pemerintah tentang penyediaan lapangan kerja masih sangat deras.

Apakah kejadian 47 tahun yang lalu akan terulang? Bangsa yang besar dan kuat tidak akan gampang terprovokasi untuk menyelesaikan masalah dengan jalan perang. Tetapi diperlukan kebijakan khusus dari petinggi negeri, bukan berarti tuntutan penuh terhadap pemerintah tetapi kita sebagai rakyat juga sebaiknya bijak menyikapi hal yang terjadi khususnya masalah IndonesiaMalaysia.

 

Selasa, 13 Juli 2010

Bakar

Hujan rintik-rintik yang jatuh mengenai badanku sehingga kekuatan fisikku menjadi lemah. fisik yang terganggu berpengaruh juga terhadap aktivitas keseharianku. Lemas, pening menemani hariku.
Aku tidak mau kondisi fisik yang lemas menghalangiku untuk menikmati keseharianku. Semangat yang ada di dalam diriku terus membara untuk tetap beraktivitas. Akhirnya semangatku datang juga. Api semangat apabila tidak dijaga akan padam.
Doa dan harapan terus mengalir bagai mata air di dalam diriku sehingga berpengaruh terhadap aktivitas keseharianku.

Rabu, 07 Juli 2010

sore yang indah

mendung di langit

gerimis datang membasahi bumi

daun membuka dirinya lebar-lebar

katak melompat kegirangan....