Kamis, 09 Juni 2011

Sebuah pemikiran

Oh…PSSI…PSSI…..
Bertubi-tubi demontrasi yang datang ke tubuh PSSI. Banyak alasan yang menguatkan para pendemo untuk melancarkan aksi mereka. Berbagai cara telah mereka lakukan baik cara berdamai dengan mendatangi langsung kantor-kantor PSSI baik di Jakarta maupun di daerah-daerah. Aksi yang dilakukan juga telah menjurus ke arah imoralitas dengan menyebut pak Nurdin dengan kata monyet maupun dengan melekatkan foto pak nurdin di bola kaki sehingga di tendang oleh anak-anak sambil memainkan bola tersebut dalam sebuah pertandingan. Baru saja say lihat juga aksi yang tidak kalah hebat yaitu menempel wajah pak Nurdin di sebuah bola dan dikencingi oleh seorang yang saya pasti tidak kenal.
Pembelaan yang dilakukan oleh Pak Nurdin hanya mengatakan bahwa para pendemo tidak mengetahui apa yang mereka lakukan dan mereka salah telah mendemo Pak Nurdin, alasan pak Nurdin adalah bukan dia seharusnya yang didemo tapi ada pihak lain. Dalam hal iniPak Nurdin melakukan pembelaan diri dan melemparkan masalah kepada pihak lain yang sampai saat ini belum di sebutkan. Tapi menurut saya pihak yang dimaksud adalah lawan politiknya di PSSI sendiri yang juga mencalonkan diri menjadi salah seorang calon ketua PSSI. Dia juga bergeming bahwa pihak pendemo ada yang menunggangi dan mereka juga di bayar untuk demo.
Muncul juga para pendemo yang pro-Nurdin di Jakarta dan beberapa kota lainnya. Selidik punya selidik, ternyata para pendemo adalah orang-orang yang dibayar sebanyak Rop 25.000 ditambah dengan makan siang. Intrik ini bisa memecah belah rakyat walaupun dalam koridor yang kecil. Saya mulai bertanya apakah cara seperti ini sudah biasa untuk mempertahankan kedudukan dan mendapatkan dukungan dari rakyat?
Jika melihat ke belakang banyak terjadi kasus yang tidak bisa diterima dengan baik olah masyarakat tentang PSSI. Pertama dalam statuta FIFA, pemimpin organisasi sepakbola di suatu negara tidak boleh terlibat dalam narkotika dan korupsi, dalam hal ini pak Nurdin terlibat. Dalam hal ini statuta FIFA bisa dirubah oleh PSSI sendiri. Kedua Rakyat telah jenuh menunggu prestasi dari timnas yang tak kunjung datang dalam kepengurusan Pak Nurdin dan teman-teman. Ketiga: Baru-baru ini terjadi penggagalan Pak Arifin Panigoro dan George Tuistuta menjadi bakal calon ketua dan wakil ketua PSSI. Walaupun tim banding PSSI telah mengeluarkan keputusan yang membuat rakyat makin jenggel tehadap PSSI yaitu menyerahkan kembali kasus tersebut kepada tim Eksekutif PSSI yang menurut saya adalah teman-teman Pak Nurdin juga.
PSSI telah menjadi pembicaraan publik baik di tingkat golongan atas sampai kepada golongan bawah yang biasa kita sebut pembicaraan di warung-warung kopi. Jika di rating PSSI menjadi topik yang utama pembicaraan publik mengalahkan kasus-kasus lain.
Apakah orang-orang yang terlibat di PSSI sekarang ini adalah orang-orang yang nyaman dengan kedudukan mereka di PSSI sehingga tidak mau turun dan menyerahkan tumpuk kekuasaan atau kursi mereka kepada pihak lain? PSSI punya rakyat Indonesia bukan punya segelintir orang.









Bingung judulnya apa?????

Jam telah menunjukkan pukul 15.00. Aku bergegas dari tempat tidurku dan bersiap-siap untuk mengikuti pertemuan pengurus organisasi kampus di jalan terompet no.29. Aku membersihkan badanku setelah itu bergegas pergi dengan mententeng tas sembari meninggalkan kosan.
Aku menyusuri jalan yang tidak asing bagiku dengan berjalan kaki. Dalam perjalanan aku tidak menghiraukan orang-orang yang kulewati, mungkin orang berpikir aku sombong atau ada masalah karena aku serius berjalan. Padahal sembari berjalan aku melamunkan sesuatu tentang tugas akhirku di kampus yang telah lama tidak aku sentuh-sentuh. Sesampai di persimpangan jalan terompet dan berdikari, lamunanku berhenti ketika aku melihat lapangan bola kaki yang ada di depan gereja GKPS, aku perhatikan dengan seksama lapangan tersebut, aku berpikir kapan lagi aku akan bermain bola di lapangan ini bersama dengan teman-temanku di KDAS.
Aku melanjutkan perjalananku ke Terompet 29. Sesampainya di terompet 29 aku melihat banyak orang yang sedang duduk-duduk, ada yang ketawa bahkan ada yang sangat serius membahas sesuatu hal yang menurutku berhubungan dengan kegiatan yang akan mereka lakukan di kampus atau di jalan Berdikari 35 dan Terompet 29. Setelah tiba di pintu depan aku melepaskan sandal dan meletakkanya di tempatnya. Aku berjalan menuju ruang Musa melalui jalur samping. Aku berpikir sejenak mungkin aku adalah orang yang pertama tiba dibandingkan dengan teman-temanku yang lain. Eh... ternyata aku salah ternyata ada yang telah mendahuluiku yaitu Friska Br Sihombing (hehehehe) dia menyapaku dan aku menyapanya balik sembari memulai pembicaraan. Aku takjub melihat apa yang telah dia lakukan. Dia telah mempersiapkan tempat untuk pertemuan sedemikian rupa. Tikar telah dikembangkan dan papan tulis telah tersedia.
Pembicaraan dimulai antara aku dengan dia, samar-samar aku mendengar suaranya karena dia berbicara sambil menulis lagu di papan tulis. Aku mengatakan bahwa suaranya tidak kedengaran tetapi dengan nada tidak enak di dengar. Dia marah (heheheh maaf ya Ka) dengan suara yang keras. Untungnya hanya kami berdua yang berada di ruangan tersebut. Seketika itu juga kami diam sejenak dan merenungkan apa yang telah kami katakan yang tidak seharusnya kami katakan (). Friska akhirnya memecah keheningan dengan meminta maaf kepadaku ( hehehehe leganya aku saat itu  ). Setelah peristiwa itu , aku tetap diam di tempatku sembari menunggu teman-teman untuk datang. Akhirnya teman-temanku pengurus yang berjumlah 11 orang semua kumpul ditambah dengan aku sehingga kami semua 12 orang (Leo, Friska Br Sinaga, Timbul, Era, Taruli, Leli, Lita, Fera, Grace, Refi, Friska Br Sihombing, Hotlas).
Setelah berklumpul semua kami memulai pertemuan dan membicarakan hal-hal yang akan kami kerjakan di kampus. (to be continue .......)



















2 Hari (yang) Berat

Kejadian ini terjadi hampir 5 tahun yang lalu, ketika aku sedang disibukkan dengan penyelesaian perkuliahanku di jurusan Ilmu Sejarah USU. Tetapi bukan penyelesaian perkuliahan yang membuat pikiranku berat dan perasaan yang datang kepadaku sulit untuk kuungkapkan. Sangat sulit bagiku untuk mendefenisikannya. Dengan pikiran yang rumit aku menyusun bajuku untuk pulang ke Kabanjahe.
Dengan pikiran yang berat aku pulang. Aku berharap dalam waktu 2 hari aku menemukan jawaban yang aku cari. Aku pulang pada sore hari dan tiba di Kabanjahe pada malam hari.
Hari pertama kulalui dengan bergumul tentang diri sendiri . Aku berusaha untuk menenangkan diri. Dengan beberapa kali usaha aku berhasil. Pikiran tersebut datang lagi. Aku belakangan menjadi heran dengan pikiranku sendiri. Belakangan aku cuekin pikiranku sendiri dengan pergi ke warung kopi untuk menikmati segelas teh manis sembari menikmati suguhan film dari HBO. Tak terasa waktu berjalan dengan cepat, aku bergegas pulang. Setelah makan malam aku istirahat, tetapi pikiranku masih tetap menemaniku. Kegelisahan menemaniku selama beberapa waktu sembari aku memejamkan mata. Akhirnya aku bisa tidur dengan pulas karena cuaca yang dingin membatuku untuk tidur dengan nyenyak.
Hari kedua adalah hari final bagiku untuk mengambil keputusan. Setelah bangun pagi aku masih tetap gelisah. Cuaca yang dingin sedikit membantuku untuk tenang sembari diselimuti sebuah selimut. Setelah bosan dengan bergolek-golek, aku bangun dan mencuci mataku. Setelah jam menunjukkan jam 9.30 aku bersiap-siap untuk mempersiapkan diriku pergi ke Medan. Jam 10 pagi aku pergi ke Medan, sembari membawa kegelisahan tentang keputusan yang masih belum aku dapatkan. Aku berharap ketenangan datang kepadaku dalam perjalanan menuju Medan. Akhirnya ketenangan tersebut datang juga dan aku dapat berpikir dengan jernih.
Setelah tiba di Medan aku hampir menemukan jawabannya. Perutku terasa lapar karena dari pagi hari aku belum sarapan. Aku makan siang dengan perasaan yang tenang setelah aku menemukan jawaban yang aku cari.
Jam 14.00 aku mengikuti acara di jalan terompet no. 29. Kak Melda bertanya kepadaku ”apa jawabanmu dek?”. Aku menjawab nanti aku berikan jawabannya setelah acara pelepasan pengurus lama selesai. Setelah acara pelepasan pengurus lama selesai dimana aku termasuk juga di dalamnya. Aku dan Kak Melda pergi keluar untuk memberi jawaban yang sejak 2 hari yang lau dia tanyakan kepadaku. Dan pertanyaan ini yang membuat kegelisahan dalam diriku sangat sulit untuk aku kendalikan.
Dengan mulut yang terbata-bata dan siap mempertanggungjawabkan segala sesuatu dengan segala resiko yang akan aku jalani ke depan aku menjawab ”YA”. Mataku berkaca-kaca dan aku merasakan damai sejahtera. Setelah selesai kami kembali ke dalam ruangan. Acara pengutusan dimulai dan sebelas nama-nama dipanggil satu persatu (Timbul, Friska Br Sihombing, Era, Hotlas, Leli, Taruli, Friska Br Sinaga, Lita, Fera, Refi, dan Grace Mafe) mendahuluiku. Setelah namaku dipanggil kami berdiri di depan 12 orang untuk mengemban tanggung jawab sebagai koordinasi FS masa jabatan 2006/2007.
Kata yang masih kuingat sampai saat ini dan pada saat itu selalu aku dengar yaitu ”SELAMAT MELAYANI”.












Indonesia_Malaysia

“Kalau kita lapar itu biasa, kalau kita malu itu juga biasa. Namun, kalau kita lapar dan malu itu karena Malaysia, kurang ajar! Kerahkan pasukan ke Kalimantan, hajar cecunguk Malaya itu! Pukul dan sikat. Jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak Malaysian keparat itu”
“Doakan aku, aku akan berangkat ke medan juang sebagai patriot bangsa, sebagai martir bangsa, dan sebagai peluru bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya”.
“Serukan, serukan ke seluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan kita. Kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat”.
“Yoo…., ayooo…. Kita ganyang. Ganyang Malaysia! Ganyang Malaysia! Bulatkan tekad. Semangat kita baja. Peluru kita banyak. Nyawa kita banyak. Bila perlu satoe-satoe”. (Kompas, 8 September 2010).
Kutipan pidato murka Bung Karno di atas menyulut kemarahan bangsa Indonesia terhadap Negara tetangga Malaysia. Hal ini terjadi karena pada tanggal 17 Desember 1963, terjadi gerakan anti Indonesia di negara Jiran Malaysia. Hal ini dibuktikan dari tindakan anarkis para demonstran Malaysia yang menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno, membawa lambang Garuda Pancasila ke hadapan perdana Menteri Malaysia (Tuanku Abdul Rahman) dan memaksanya menginjak lambang garuda tersebut.
Hal yang dilakukan Malaysia saat ini terjadi di Indonesia, tapi cara yang dilakukan oleh para demonstran adalah dengan melakukan berbagai demonstrasi di berbagai daerah, di depan kedubes Malaysia di Jakarta, tindakan anarkis membakar duplikat bendera Malaysia, sampai tindakan pelemparan tinja manusia di kedubes Malaysia di Jakarta. Haruskah Malaysia marah?

Pemicu
Pada tanggal 13 Agustus 2010, 3 polisi perikanan dan kelautan Republik Indonesia menangkap 9 nelayan Malaysia yang melakukan penangkapan ikan di wilayah perairan Indonesia. Polisi Indonesia menggiring nelayan Malaysia untuk menepi di perairan Bintan, Kepulauan Riau. Di tengah jalan, pihak polisi diraja Malaysia menghentikan kapal patroli Indonesia dan digiring untuk di bawa ke Malaysia.
Para polisi Indonesia diperlakukan layaknya tahanan. Mereka diborgol dan diwajibkan mangenakan pakaian tahanan. Menurut hemat penulis, tindakan yang dilakukan Malaysia adalah kejahatan karena pihak Indonesia tidak melakukan tindakan melanggar hukum.
Perundingan dilakukan dengan tujuan penyelesaian masalah secara damai. Pihak Indonesia yang diwakilkan oleh menteri luar negeri melakukan barter antara polisi Indonesia dengan pencuri ikan berserta hasil tangkapan mereka. Ada kecurigaan mendasar dari berbagai pihak di Indonesia, bahwa 3 polisi Indonesia yang ditangkap mengalami kekerasan semasa menjalani tahanan di Malaysia. Salah satu polisi di Indonesia mengenakan topi yang biasanya dia tidak pernah mengenakan topi. Para wartawan meminta agar dia melepas topi seketika untuk diabadikan wajahnya, tapi ditolak. Muncul pertanyaan mengapa?
Masalah tidak hanya sampai pada barter tahanan yang memunculkan banyak polemik di Indonesia. Perundingan dilanjutkan dengan membicarakan kejelasan batas wilayah perairan sehingga menghasilkan perundingan Kinabalu. Tetapi hasil dari perundingan Kinabalu sangat merugikan bangsa Indonesia. Salah satu contoh sebelum perundingan Kinabalu adalah munculnya statemen bahwa apabila polisi Indonesia ditangkap tidak akan diborgol, yang ditujukan hanya kepada bangsa Indonesia. Apakah ini suatu kebanggaan?

Napak Tilas
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah. Itu adalah kata Bung Karno (JAS MERAH= jangan sekali sekali melupakan sejarah). Dari kalimat ini tercermin bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang patut diperhitungkan dipercaturan dunia internasional. Bukan karna wilayah Indonesia yang luas dan jumlah penduduk yang terbanyak ke 5 di dunia. Tetapi karena mental persatuan dan kesatuan bangsa yang kuat.
Sejak dikeluarkannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, persatuan dan kesatuan bangsa yang awalnya bersifat kedaerahan berubah secara drastis menjadi satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa yang memperkokoh persatuan dan kesatuan. Walaupun di awal perjuangannya, persatuan dan kesatuan sepertinya sulit diwujudkan, tetapi dengan semangat merebut kemerdekaan semua halangan dan rintangan dapat dilewati dan dihancurkan.
Sejak Indonesia merdeka, Belanda berencana ingin menguasai kembali Indonesia dengan cara menduduki kota-kota besar selain Jakarta yaitu Medan, Surabaya, Semarang, dan Bandung dengan dibantu oleh tentara sekutu. Rencana Belanda gagal total karena telah terjalin persatuan di Indonesia. Apabila satu daerah diserang, daerah lain juga diserang. Inilah senjata pemicu moral dan mental perjuangan bangsa untuk mempertahankan NKRI.
Setelah kejadian tersebut, negara Indonesia dikenal sebagai negara yang besar dan terkuat di Asia Tenggara. Hal ini dibuktikan oleh kekuatan melitir terkuat di Asia tenggara. Selain itu juga terpilihnya Indonesia menjadi negara Asia pertama yang menyelenggarakan KTT Asia Afrika di Bandung, dan juga sebagai penggagas gerakan Non Blok, serta banyak negara-negara menjadikan bangsa Indonesia sebagai juru runding damai.
Sejak terjadi kemelut di dalam negeri yaitu peristiwa G 30 S PKI, ekonomi yang kacau balau, dan politik yang tidak stabil. Bangsa Indonesia memilih untuk menyelesaikan masalah dalam negeri terlebih dahulu sehingga untuk masalah-masalah politik luar negeri ditinggalkan untuk memperbaiki kondisi dalam negeri.
Saat ini bangsa sedang diganggu kenyamanannya oleh negara tetangga Malaysia. Rakyat marah, tuntutan ketegasan sikap dari pemerintah muncul di berbagai tempat. Bahkan hal yang paling menarik adalah tuntutan untuk malakukan konfrontasi dengan Malaysia muncul seketika.
Sulit untuk memilih pilihan yang bijak dalam hal ini karena banyak penduduk Indonesia yang mencari peruntungan di Negara Malaysia sebagai TKI. Bahkan keuntungan Indonesia dari TKI adalah mencapai 56 triliun rupiah, sehingga dikatak TKI sebagai pahlawan devisa. Jumlah TKI sampai saat ini yang berada di negara Malaysia adalah 2 juta jiwa. Apabila terjadi konfrontasi dengan Malaysia maka bagaimana dengan hidup 2 juta penduduk Indonesia di Malaysia? Hal ini diperparah lagi dengan adanya jumlah penganggur sebanyak 10% dari jumlah penduduk Indonesia yaitu 25 juta jiwa. Apabila 2 juta penduduk Indonesia pulang dari Malaysia akan memperbanyak pengangguran di Indonesia.
Sampai saat ini tuntutan terhadap pemerintah tentang penyediaan lapangan kerja masih sangat deras.
Apakah kejadian 47 tahun yang lalu akan terulang? Bangsa yang besar dan kuat tidak akan gampang terprovokasi untuk menyelesaikan masalah dengan jalan perang. Tetapi diperlukan kebijakan khusus dari petinggi negeri, bukan berarti tuntutan penuh terhadap pemerintah tetapi kita sebagai rakyat juga sebaiknya bijak menyikapi hal yang terjadi khususnya masalah Indonesia –Malaysia.













Rasialisme: Sengaja atau terulang kembali

Baru-baru ini seluruh masyarakat Indonesia digegerkan oleh peristiwa penusukan sintua HKBP Bekasi dan pemukulan pendeta HKBP Bekasi oleh orang tidak dikenal ketika hendak melakukan ibadah. Sontak banyak kalangan mengutuk tindakan tidak manusiawi tersebut. Banyak kalangan mempertanyakan mengapa rakyat yang ingin melakukan ibadah keagamaan tidak diberikan kebebasan, jika dilihat dari peristiwa yang mengawali penusukan tersebut. Tidaklah mengherankan jika sampai saat ini masyarakat belum melihat perubahan yang berarti dari sikap pemerintah terhadap masalah-masalah diskriminasi rasial.
Peristiwa mengherankan lainnya adalah tindakan kepolisian yang secara cepat menyatakan kejadian penusukan adalah tindakan kriminal murni. Kita bisa mempertanyakan tindakan kepolisian yang menyatakan hal tersebut tanpa melalui reka ulang peristiwa dan keterangan para saksi. Wajarlah jika pihak HKBP mempertanyakan kesimpulan yang dinyatakan oleh pihak kepolisian.
Sebelum kejadian pihak kepolisian jauh hari sebelum kejadian telah melayangkan peringatan agar jemaat HKBP tidak melakukan ibadah di hari minggu tersebut. Dari sini tercium bahwa pihak kepolisian telah mengetahui akan terjadi tindakan kriminalitas. Mengapa hal ini sempet terjadi?

Rasialisme di Indonesia
Ingatan kita masih segar ketika mengingat kejadian kerusuhan rasial yang terjadi di daerah Maluku, yang dimulai pada bulan Januari 1999 mulanya terjadi di Mabon dan meluas ke dareh-daerah Maluku bagian utara. Pemicu dari konflik rasial yang lebih jelas dinyatakan dengan konflik keagamaan, hingga saat ini belum dapat ditemukan secara pasti penyebabnya. Nuansa konflik agama sering menyulitkan berbagai kalangan untuk menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan.
Selain itu ada kerusuhan yang diakibatkan oleh tindakan kriminal yaitu kerusuhan Anti-Tionghoa di Pekalongan pada tahun 2000. Kerusuhan ini terjadi ketika seorang warga yang mabuk dan melakukan pemalakan terhadap seorang keturunan Tionghoa. Kemudian terjadi perkelahian yang mengakibatkan warga yang melakukan pemalakan meninggal dunia. Hal ini menimbulkan kemarahan warga sekitar terhadap setiap warga keturunan Tionghoa tanpa terkecuali. Di tambah lagi bahwa sebelumnya telah beredar isu ketidak senangan warga dengan keberadaan warga Tionghoa di tempat mereka.
Hal lain adalah kerusuhan rasial di Mataram pada tahun 2000, yang terlihat jelas bahwa kejadian direkayasa. Hal ini terlihat dari adanya sekumpulan masyarakat mengadakan rapat akbar yang diisi dengan kata-kata yang membakar. Menurut polda NTB kerusuhan Mataram mengakibatkan 12 gereja rusak berat, sementara 1.300 warga meninggalkan rumah-rumah mereka untuk mengungsi (Kompas, 20 Januari 2000).

Insiden HKBP
Konflik yang menjurus menuju rasial saat ini terjadi lagi yaitu di Bekasi. Hingga kini masih ditangani oleh pihak kepolisian. Pandangan telah keluar dari berbagai pihak seperti tokoh agama, pemimpin keagamaan, hingga presiden telah mengeluarkan pernyataannya melului jumpa pers dengan wartawan.
Ditinjau dari kasus-kasus SARA sebelumnya yang terjadi di berbagai tempat di Indonesia, semuanya diawali oleh tindakan kriminalitas. Bahkan ada yang diakibatkan oleh ulah provokator yang menginginkan kondisi rusuh di Indonesia. Hal-hal seperti ini tidak harus terjadi jika pihak yang terkait seperti warga yang terlibat tidak gampang terpancing emosinya serta pihak yang terkait tanggap melihat persoalan yang terjadi.
Kembali kepada masalah SARA di Bekasi, terlihat bahwa polisi terlalu dini menyatakan bahwa kejadian penusukan terhadap jemaat HKBP adalah kriminal murni. Apakah hal ini dilakukan oleh pihak kepolisian untuk meredam situasi agar tidak terlalu meresahkan masyarakat?
Polisi sejauh ini juga telah menahan 10 orang yeng terlibat. Hal ini patut diapresiasi. Tetapi permasahan tidak hanya sampai disitu. Akar dari semua permasalahan harus diusut tuntas dan solusi harus segera dicari untuk penyelesaian masalah, dengan syarat pihak-pihak yang terkait menerima solusi yang ditawarkan.
Selain itu penulis juga bertanya, apakah tindakan yang dilakukan para penusuk merupakan sumbu dinamit yang telah nyala yang akan menyebar ke induknya untuk meledak?
Tindakan pencegahan harusnya dilakukan dengan cepat, agar kasus yang terjadi cepat selesai dan tidak menyebar lebih luas. Atau kejadian ini merupakan satu gelas air keruh yang akan dimasukkan ke dalam 1 ember air bersih sehingga apabila dicampurkan air yang di ember juga akan menjadi keruh. Sebaiknya kasus ini cepat selesai dan kebebasan beragama dapat terjalin dengan baik. Mari kita dukung pihak yang terlibat dalam penyelesaian masalah dapat mengatasinya dengan baik.














































Dunia Anak (Animasi dan Dunia Maya)

Kehidupan anak-anak tidak akan pernah dipisahkan dari bermain. Tanpa bermain sulit dikatakan bahwa mereka adalah anak-anak. Permainan dan hiburan adalah contoh sarana bagi anak untuk menjalani hari-hari mereka. Banyak cara yang bisa dilakukan oleh si anak untuk menghibur diri mereka dari menciptakan mainan sendiri sampai berimajinasi dengan berbagai permainan yang ada di depan mereka.
Imajinasi anak memang mengundang banyak tanda tanya bagi orang dewasa yang berada di sekitarnya. Salah satu contoh adalah ketika seorang anak kelas 2 SD bertanya kepada orang dewasa mengapa mobil tidak bisa terbang seperti pesawat yang bisa terbang tinggi di udara padahal sama-sama menggunakan mesin? Ini salah satu contoh pertanyaan yang membuat orang dewesa tersebut berpikir berulang kali untuk memberikan penjelasan yang masuk akal. Di satu sisi dia bertanya karena melihat alam dan sekelilingnya yang penuh dengan tanda tanya dan bersentuhan langsung dengan apa yang dia tanyakan.
Seiring dengan perkembangan teknologi, permainan dan hiburan yang anak peroleh tidak lagi bersentuhan langsung dengan objek. Hal ini bisa dilihat dari hiburan yang diperoleh anak adalah dari media televisi yang membius anak sampai beberapa jam berada di depan televisi. Kasus lain adalah anak sering menghabiskan waktu bermainnya di depan komputer sambil memainkan game.

Animasi
Media televisi adalah media yang sangat digemari oleh semua kalangan. Televisi saat ini telah menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia. Televisi memberikan banyak dampak bagi kehidupan manusia baik dari segi informasi sampai hiburan. Orang dewasa, remaja, bahkan sampai anak-anak terkena dampak dari hidangan yang diberikan televisi.
Anak-anak merupakan salah satu objek televisi untuk mendapatkan rating yang bagus. Hidangan yang diberikan adalah film yang sesuai dengan kebutuhan si anak akan hiburan yaitu film animasi. Banyak film animasi yang menghiasi media saat ini. Anak-anak jika ditanya tentang film animasi kesukaan mereka akan menjelaskan secara mendetail tentang jagoan mereka dan kronologis tentang kejadian dalam film tanpa menghilangkan sedikitpun bagian dari cerita.
Orang tua saat ini banyak yang memberikan kebebasan kepada si anak untuk menonton televisi tanpa pendampingan. Apabila ada yang janggal dari si anak tentang apa yang dilihat pada film pasti dia akan bertanya. Kondisi ini membuat si anak menyimpan pertanyaan dan memedamnya sehingga rasa ingin tahunya tidak dipuaskan. Bersyukur jika si anak adalah anak yang memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga akan bertanya kepada orang luar yang seharusnya bisa dia tanyakan di dalam keluarga.
Film-film animasi juga membuat si anak terhipnotis agar menonton setiap episode yang membuat si anak memilih antara belajar dan menikmati tontonan. Sering pilihan yang dibuat si anak adalah meninggalkan belajar dan memilih untuk menonton televisi. Kondisi ini sangat menggangu untuk pertumbuhan si anak di dalam menentukan pilihan yang baik dan pilihan yang buruk untuk dirinya dan masa depannya.

Dunia Maya
Internet (dunia maya) juga merupakan media yang telah menjadi menu utama bermain bagi anak. Internet menyediakan banyak hal untuk anak-anak terutama media sosial seperti fecebook dan twitter. Selain sebagai media sosial anak-anak sering menggunakan internet sebagai media hiburan seperti bermain game online.
Banyak orang tua mengeluhkan sikap si anak yang sering pulang telat dengan alasan yang beragam padahal tindakan yang dilakukan adalah bermain game di warung internet. Banyak cara yang dilakukan orang tua untuk membatasi kecanduan anak akan gema online seperti memberi les tambahan sepulang sekolah, les mengaji, dan mengikuti kegiatan ekstra kurikuler di sekolah. Tetapi hal yang dilakukan orang tua jarang berhasil menjauhkan anak-anak dari game online. Untuk membayar biaya bermain, anak biasanya menyisihkan uang jajan yang mereka peroleh dari orang tua.
Jika kejadian seperti ini terus berlanjut maka akan menimbulkan gejolak bagi masa depan bangsa. Kita bisa melihat bagaimana masa depan bangsa ke depan jika anak-anak lebih banyak menghabiskan wektunya di depan layar televisi atau computer.
Bukankah anak-anak seharusnya anak diajarkan untuk mengenal alam dengan cara bersentuhan langsung dengan alam sehingga menimbulkan tanda tanya bagi si anak. Dengan demikian si anak akan termotivasi untuk belajar mengenal lebih dalam tentang alam. Anak-anak adalah masa depan bangsa. Kita juga harus tahu bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mencintai dan memberi perhatian khusus bagi anak-anak.


Kemelut PSSI


Kemarin saya agak mengerutkan dahi ketika membaca sebuah berita di majalah Bola edisi 2.108 dengan judul PSSI “Abaikan Gerakan Moral”. Saya mengutip paragraf pertama dari tulisan tersebut: PSSI tak mau ambil pusing dengan maraknya sejumlah gerakan moral yang mencuat di masyarakat menghendaki reformasi di jajaran petinggi organisasi sepak bola tanah air“.

Menurut hemat saya PSSI adalah lembaga publik yang mengelola sepak bola nasional. Sudah banyak cara yang dilakukan oleh pihak yang peduli terhadap prestasi PSSI yang terus menurun. Sakitnya pihak PSSI bisa memberikan jawaban yang masuk akal untuk menyelamatkan muka mereka dari ambruknya prestasi team nas, dari kegagalan lolos dari fase grup piala AFF tahun 2008, kekalahan team U-16 tahun 2-0 dari Timor Leste, dan kekalahan telak 0-7 dari Uruguay. Tentang kegagalan terakhir kita bisa memaklumi karena lawan merupakan team dunia yang menduduki peringkat 4 di piala dunia Afrika Selatan.

Saya juga anah membaca paragraf berikutnya:“Nurdin mengaku masih berupaya menahan diri terhadap serangan-serangan yang ditujukan kepadanya.” Jangan membangunkan singa tidur. Oke nanti saya sukses dilengserkan dengan cara-cara kotor, tapi mereka harus siap dengan aksi balasan saat mereka berkuasa. Saya juga manusia biasa. Apa hal itu yang kita inginkan? Sepak bola kita makin kacau karena konflik yang tidak berujung”.

Seketika saya berpikir, sebenarnya yang pak Nurdin kehendaki dan perjuangkan adalah kekuasaan atau murni sepak bola?. Saya jadi beranggapan bahwa masalah besar sedang terjadi di lembaga PSSI. Bukan hanya rakyat yang cinta sepak bola yang telah berjuang untuk menyemangati kebangkitan PSSI salah satunya adalah reformasi di kepengurusan PSSI. Ternyata tekanan juga datang dari dalam diri PSSI untuk reformasi, apakah murni sepak bola atau politik saya tidak tahu, yang saya tahu adalah kegagalan terus datang ketika pak Nurdin sebagai ketua umum PSSI (turun kenapa pak!!!!!… marah).

Apakah pak Nurdin tidak mau turun karena sejauh ini hanya sepak bola yang dapat kucuran dana dari APBD yang sangat besar jumlahnya, dibandiingkan dengan olahraga lainnya. Sehingga kantong bapak selalu terisi? apalagi baru-baru ini kabar “sedap” datang bahwa PSSI minta kucuran dana 1,3 Triliun ke DPR untuk prestasi sepak bola?

Alangkah sakitnya saya sebagai pecinta sepak bola Indonesia mendengar kabar bahwa pak Nurdin telah mengeluarkan genderang perang sebelum turun dari PSSI. Hal ini memunculkan bahwa setelah Pak Nurdin turun PSSI masih akan berada dalam kemelut kekuasaan, entah siapa yang meminpin ke depan masih diperhadapkan dengan kondisi politik di PSSI yang masih kacau balau, tapi saya tetap mendukung team nas menjuarai piala AFF desember nanti, dan mendukung pak NURDIN turun…turun…turun….
30 Maret 2011

Dua Pohon

Akar pohon begitu kuat ketika berada di dalam tanah, tetapi begitu rapuh ketika muncul ke permukaan tanah. Akar yang muncul kepermukaan tanah semakin lama akan semakin rapuh; mengering, terkikis air dan angin, hingga rusak akibat ulah makhluk hidup. Mencoba bertahan tetap kuat dan tegar sulit dilakukan. Pasrah dan mati adalah pilihan yang harus diambil.
Dahan, batang, daun, buah, dan bunga mencoba memberi semangat agar akar tetap bertahan. Batang yang kekar dan keras tidak dapat berbuat banyak untuk menahan akar tetap bertahan. Dahan yang banyak dan menarik tidak dapat menggantikan akar yang berada di bawah. Daun yang indah dan hijau tidak dapat menutupi kesedihan akar yang akan segera mati. Bunga yang cantik dan indah hanya dapat berempati melihat kesedihan yang sedang terjadi. Buah yang manis dan asam hanya dapat bergantung menyaksikan kematian saudaranya dari pohon.
Namun dari dekat pohon tersebut terdapat satu pohon lain. Akar tetap berada di dalam tanah dan berjuang untuk hidup. Daun yang tumbuh tidak peduli akan kondisi dirinya. Daun memberikan dirinya untuk mati dan mengorbankan dirinya untuk bagian lainnya. Dahan yang awalnya menarik, kini tidak lagi menarik karena tubuhnya telah menjadi kering dan keriput. Batang yang kekar dan keras tidak lagi sekeras dulu karena kekurangan makanan. Buah dan bunga terlebih dahulu mati karena kepanasan dan angin kencang.
Ketika hujan turun, dedaunan pohon yang pertama sangat gembira karena berpikir mendapatkan banyak air untuk melanjutkan hidup mereka. Setiap dedaunan bersaing mendapatkan air yang lebih banyak dan sembari bernyanyi membersihkan tubuh mereka. Sementara pohon yang satu lagi merasa bersyukur karena penantian meraka akan air telah tiba. Akar yang telah mati tidak dapat berbuat banyak untuk menyerap air karena posisinya tidak lagi berada di dalam tanah. Sementara akar yang lain dengan tangis akan perjuangannya selama ini hanya dapat tersenyum bersama dengan batang dan dahan.
Ketika matahari muncul, dedaunan pohon yang satu berjuang dengan keras untuk memasak makanan, tetapi tidak mendapatkan hasil. Setelah kejadian dia bertanya kepada teman-temannya dan menyalahkan teman yang lain. Dia tidak sadar bahwa selama ini dia mendapat asupan makanan dari akar dan dia hanya bertugas untuk memasak kebutuhan mereka. Ketika waktu berjalan batang, dahan, buah, dan bunga memarahi daun karena tidak mendapat makanan. Peristiwa saling menyalahkan terjadi di antara mereka.
Sementara pohon yang lain, tetap menjalani perputaran hidup dengan normal. Daun-daun yang menggugurkan diri kemudian berubah menjadi humus yang berguna bagi pohon. Kepercayaan semakin kuat. Batang yang semula kering menjadi semangat lagi menjalani hidup. Dahan semakin manarik untuk dipandang. Daun-daun baru bermunculan dan berjemur pada kehangatan matahari. Semua bagian pohon menyambut dengan gembira kedatangan saudara baru mereka.
Namun hal yang paling menakjubkan adalah ketika satu daun berkata, bahwa mereka adalah satu team yang saling membutuhkan, apabila satu mati maka yang lain juga menyusul akan mati. Dan sebelum diketahui, bahwa kedua pohon ini adalah gambaran kehidupan manusia dalam hal persahabatan yang murni karena kasih atau karena sekedar hubungan.
Aku melihatmu tersenyum... 









Tulisan dan perjuangan

Awalnya sebuah pikiran yang terlintas dikepala. Kesulitan menuangkan dalam bentuk tulisan adalah perjungan terberat yang sering kuhadapi baik dalam membuat sebuah karangan lepas maupun ketika ide-ide muncul yang menuntut dituliskan ke dalam sebuah tulisan. Pikiran yang kocak, lucu, menginspirasi sering muncul. Tapi entah kenapa keinginan daging yang kuat memaksaku untuk menunda pekerjaan kecil ini. Apakah karena kebiasaan atau karena prilaku malas? Ini adalah hal yang harus segera kuatasi dengan keinginan yang kuat untuk berubah dan berkembang. Apalagi sebuah tulisan yang indah pasti akan memiliki karakter yang kuat apabila terus dilatih dan juga diasah.
Teringat aku akan kisah yang membuat aku tidak berpikir panjang untuk menulis. Hal yang kuingat adalah ketika menulis skripsi, mau tidak mau harus diselesaikan sesuai dengan deadline yang diberikan dosen kepadaku. Teman-teman dan keluarga sering bertanya kepadaku ”sudah bagaimana dengan TA-mu?”, pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sangat sulit kujawab pada masa itu. Pikiran yang berat untuk segera menyelesaikan TA dan pergumulan hidup terus mengintip dari samping hidupku dan terus mengikuti. Aku sering menghilangkan kejenuhan dengan cara bermain bola dan juga bermalasan di tempat tidur sembari bermain game di kamar.
Kecintaanku kepada tulisan semula telah mulai pudar karena seringnya waktu kuhabiskan di depan televisi. Aku bersyukur seiring dengan perjalanan waktu mulai jenuh di depan televisi dan ingin menuangkan semua ide-ide yang ada di dalam kepalaku dalam bentuk tulisan. Awalnya menguras mental dan dibutuhkan api yang membara di dalam jiwa dan hati. Akhirnya ketemukan juga. Aku sangat berharap ini bukan menjadi awal dan akhir sebuah perjalanan cerita linguistik, tetapi sebuah perjalanan panjang yang menuntut komitmen dan ketaatan untuk melaksanakannya.
Perjuangan adalah kata-kata yang menginspirasi banyak orang. Kata ini juga yang akan masuk kedalam relung hatiku untuk menambahkan semangat dalam diriku untuk melanjutkan sebuah kisah tentang hidup. Hidup adalah perjuangan (Chairil Anwar) telah menjadi kata-kata yang sering digunakan oleh para politisi untuk menarik simpati dari para pengikutnya dan juga mencari simpati dari rakyat banyak yang belum mengenal dia. Kata ini sangat mengobarkan semangat untuk tetap menjalani hidup, walaupun banyak kesulitan dan permasalahan yang dihadapi di dalam hidup. Chairil Anwar tidak sembarang memilih 3 kata yang sangat berkarakter. Hal ini juga kiranya yang mendorongku untuk tetap bertahan dalam dunia linguistik.
Selamat berkarya 






















Tema: Kecukupan

Kerangka acuan
Pembukaan (sapaan) Syalom dan selamat hari minggu bagi kita semua 

Sekali lagi syalom bagi kita semua .... 

Kisah: ” Ketika melihat Echa yang masih imut dan lucu, aku teringat apakah aku seperti echa? pastilah dunia anak sangat menyenangkan. Aku teringat sewaktu masih kecil ketika itu aku sudah tahu cara bermain, berkata-kata, dan menyampaikan apa yang ada di pikiranku. Kebiasaanku kecil yang sampai saat ini sulit untuk kulupakan dan masih sering kuingat, yaitu pada malam hari sebelum tidur aku mencari kaki bapak atau mamakku sebagai bantal sandaranku sebelum tidur. Apakah dicuci atau tidak aku tidak terlalu peduli. Walaupun aku sering mendapatkan teguran dari saudara-saudaraku yang mengatakan itu ada bantal mengapa kau mencari kaki untuk menjadi bantal.... hehehehehe aku mengabaikannya. Dan yang sering aku lakukan sewaktu kecil adalah memeluk kaki bapakku yang baru pulang dari kantor sembari mengatakan ”Bapak pulang” (dengan nada kegirangan dan berharap aku diangkat dan merindukan aku dipeluk. Aku tidak tahu apakah bapak baru pulang karena keletihan dalam pekerjaannya atau riang karena pekerjaan telah selesai yang hanya ku tahu adalah bapakku pulang dan keriangan dalam hatiku. Walapun setiap hari kami bertemu, tetapi jika bertemu hari berikutnya bagaikan hari baru.... saya mengajak teman-teman untuk melihat setiap hari adalah hari baru yang disyukuri karena Tuhan masih memelihara hidup kita.
Mari kita yang ada di sini untuk melihat teman yang ada disamping kita baik di kiri maupun di kanan dan mengatakan”SENANG BERTEMU LAGI DENGANMU, Apa kabar?”..... sambil bersalaman.....
Saat ini saya mengajak kita yang ada disini untuk berdiri, mari kita menyanyikan lagu (God is Good)....
Berdoa .........

Ucapan syukur dan penyembahan
Cerita: ”

Bernyanyi: ”

Pengampunan dosa setelah itu mendengarkan firman:
Bernyanyi: ”

Pengumpulan persembahan sembari bernyanyi:

Kami mengundang ..... untuk menutup ibadah kita sambil berdoa untuk persembahan yang telah kita kumpulkan. End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar